Wednesday, November 07, 2007
Representasi Kebijakan Negara Adidaya

Film diramaikan tiga nama besar Hollywood: Tom Cruise, Meryl Streep, dan Redford sendiri. Peran Cruise tidak seperti dalam beberapa film "komersil"-nya belakangan. Sebagai senator Partai Republik, dia mengundang seorang jurnalis televisi - tetap diperankan penuh kelas seorang Streep - untuk sebuah wawancara eksklusif tentang strategi militer terbaru AS di Afganistan yang dirintisnya. Di tengah wawancara, operasi militer tersebut dijalankan di negara konflik itu. Pada saat yang sama pula, seorang profesor politik - Redford - memanggil mahasiswanya yang sering bolos kuliah. Melalui setting tiga tempat ini, penonton digiring menuju pokok pikiran film. Dan, persis seperti perannya dalam film, Redford mampu mementor penonton silent majority untuk menggunakan hak suaranya dalam Pemilu demi menentukan arah pemerintahan negara. Ungkapan "lions for lambs" sendiri muncul dari Perang Dunia I ketika Jerman mengagumi keberanian tentara Inggris sekaligus menertawakan para perwira dan pemimpin mereka yang mengakibatkan kematian ratusan ribu tentaranya sendiri.
Disebabkan temanya inilah, film akan mengikat emosi segmen pemirsa AS, tapi tersekat di tenggorokan penonton Indonesia. Beberapa penonton mungkin akan merasa tertipu dengan hadirnya nama-nama besar dalam film, sebagian lagi merasa menyesal tidak pernah langganan surat kabar, tapi film masih tetap enak dinikmati, meski secuil saja. Apabila terlalu jengah dengan isu politik yang ditawarkan Lions, mungkin ada baiknya kembali ke tema-tema lebih ringan, seperti film-film horor nasional yang terus memenuhi layar bioskop kita.
*Review film Lions for Lambs (2007)
**Image courtesy of www.ioncinema.com
Subscribe to Posts [Atom]