Friday, May 03, 2024

 

INDONESIA PALING BANYAK MENGUMPULKAN PENONTON SEPANJANG PIALA ASIA U-23 2024

Indonesia menjadi tim paling banyak mengumpulkan penonton sepanjang Piala Asia U-23 2024.

Total pertandingan yang melibatkan Indonesia berhasil menarik 43.411 penonton atau rerata 7.235/laga. Jumlah rerata per laga ini tertinggi setelah tuan rumah Qatar — yang karena tersingkir di perempat-final “hanya” mengumpulkan 32.984 pasang mata (rerata 8.246).


Lima dari enam pertandingan yang dijalani Indonesia sepanjang Piala Asia U-23 2024 digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, yang berkapasitas 10.000 tempat duduk. Sepanjang turnamen, penjualan tiket stadion ini dua kali sold out — satu-satunya di antara venue lain.


Pertandingan Indonesia vs Korea Selatan di perempat-final menyedot atensi 9.105 orang. Ini jumlah penonton terbanyak kedua dalam turnamen setelah laga perempat-final Qatar vs Jepang (9.573) — yang digelar di Stadion Jassim bin Hamad, Al-Rayyan, yang berkapasitas lebih besar.


Jumlah 9.105 orang itu merupakan catatan terbanyak setelah babak 16 besar Liga Champions Asia ketika Lekhwiya SC (kini Al-Duhail) menjamu Al Hilal, 2013 lalu, dengan rekor 10.221 penonton.

Labels: , ,


 

MENGEVALUASI xG dan xGA INDONESIA SELAMA PIALA ASIA U23 2024

Indonesia akhirnya harus puas menjadi peringkat empat Piala Asia U23 2024 setelah berhasil menembus semi-final pada penampilan debutnya.

Secara keseluruhan, bagaimana penampilan tim Garuda? Apakah overachieving? Atau malah underachieving?


DISCLAIMER: Sebelum memulai pembahasan ini, saya ingin menyatakan bahwa analisis ini sengaja mengabaikan sejumlah keputusan kontroversial wasit pada pertandingan yang dijalani Indonesia. Supaya pembahasannya tetap obyektif dari sudut pandang statistik. Terutama dengan fokus melihat angka xG (expected goals) dan xGA (expected goals against).*


Total, Indonesia tampil 6 kali pada turnamen ini. Hasilnya, dua kali menang, sekali imbang, dan tiga kali kalah. Hasil melawan Korea Selatan di perempat-final dihitung imbang karena diselesaikan melalui adu penalti.


Ini perbandingan skor dan xG/xGA Indonesia:


Fase grup

vs Qatar 0-2 | 1,16 vs 1,29 (menderita 1 penalti)

vs Australia 1-0 | 0,97 vs 1,81 (menderita 1 penalti)

vs Yordania 4-1 | 1,79 vs 1,03 (mendapat 1 penalti, menderita 1 own goal)


Total: 5-3 | 3,92 vs 4,13

Indonesia overachieving: Mencetak gol lebih banyak dan kebobolan lebih sedikit. Ada "kemujuran" setelah penalti Australia gagal berbuah gol.


Secara kualitatif penting menyinggung bahwa pertahanan Indonesia dirugikan dengan kesalahan pertahanan yang menyebabkan dua penalti serta satu gol bunuh diri yang bersarang di gawang mereka.


Fase gugur

vs Korea Selatan 2-2 | 2,08 vs 1,11 (menderita 1 own goal)

vs Uzbekistan 0-2 | 0,57 vs 2,39 (menderita 1 own goal)

vs Irak 1-2 | 1,92 vs 2,27


Total: 3-6 | 4,57 vs 5,77

Indonesia underachieving: Harusnya mencetak dua gol lebih banyak. Serta malah kebobolan dua gol bunuh diri. Kadar ketidakmujuran terlalu tinggi di fase menentukan ini.


Ini seperti membuktikan wajah Indonesia sesungguhnya dengan jumlah xG/xGA yang mendekati jumlah gol/kebobolan aktual. Shin Taeyong barangkali meratapi kegagalan mengonversi dua gol yang dapat mewujudkan mimpi Indonesia berlaga di Olimpiade Paris 2024.


Berkaca dari jumlah xG dan xGA, pertandingan melawan Korea Selatan adalah performa terbaik Indonesia dalam turnamen, sedangkan laga versus Uzbekistan adalah yang terburuk.


Pernyataan penutup

Dari analisis singkat ini, ada dua catatan. Pertama, Shin Taeyong setidaknya bisa meningkatkan performa Indonesia di level paling minimal guna lolos dari fase grup. Indonesia sanggup mengimbangi tim yang secara tradisional punya kekuatan dengan level di atas mereka.


Namun, catatan kedua menanti. Tugas Shin Taeyong berikutnya adalah menaikkan level Indonesia untuk meraih kemenangan saat kemenangan itu diperlukan. Win when it matters.



*Di kalangan penggila statistik sepakbola, xG dan xGA digunakan sebagai parameter paling mendekati untuk menilai kualitas konversi peluang sebuah tim — atau sebaliknya, kualitas pertahanan mereka. Dalam sudut pandang lain, membandingkan xG dan xGA dengan jumlah gol dan kebobolan aktual dapat dijadikan parameter level kemujuran sebuah tim.

Labels: , , ,


This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]