Friday, November 16, 2007

 

Pamer Kecanggihan, Miskin Emosi

Sutradara Robert Zemeckis sangat dikenal melalui trilogi Back to the Future dan Forrest Gump. Dua film itu adalah salah satu yang terbaik di dasawarsa 80 dan 90-an. Memasuki milenium baru, Zemeckis mencoba peruntungannya dengan kembali bermain-main dengan animasi - seperti awal-awal karirnya dahulu lewat Who Framed Roger Rabbit?. Sempat muncul dengan Polar Express beberapa tahun silam, pada pengujung 2007 ini Zemeckis hadir mengusung kisah epik Beowulf dengan teknik animasi.

Sebetulnya apa yang ada dalam pikiran Zemeckis membesut kisah bersegmen dewasa melalui pendekatan animasi? Homo ludens. Manusia, terutama kaum pria, senang bermain. Hingga kini banyak gim video yang diproduksi dengan target konsumsi pria dewasa. Analogi serupa dipakai Zemeckis - penonton pria masih senang menikmati film yang dibumbui dengan kecanggihan teknologi di sana-sini . Sayangnya, pendekatan itu tak sepenuhnya menghasilkan karya yang baik.

Lihat kecanggihan animasi batu kerikil dalam Beowulf. Lihat pula teknik animasi tiga unsur alam utama dalam film ini: air, api, dan angin (dalam bentuk kabut). Semuanya wah dan mengundang decak kagum! (Ditambah lagi penampilan Angelina Jolie yang "super-berani"). Dalam beberapa adegan, tampilan visualnya sungguh realistis - seperti kemunculan Jolie dari dalam air. Empat jempol untuk Beowulf! Sayangnya, pada tahap yang sama, teknologi tersebut terlihat belum mampu mengeksplorasi emosi yang dicurahkan mimik wajah manusia. Lihat mimik wajah para karakter utama film ini dalam berbagai adegan - nyaris sama saja! Karakter yang tampil paling manusiawi justru sang monster, Grendel. Itupun sangat terbantu eksplorasi vokal pemerannya, Crispin Glover. Adegan dialog Grendel dengan ibunya dengan sedikit timpaan aksen Skandinavia tak boleh diabaikan begitu saja dan boleh dibilang menyumpal kekurangan emosi film.

Sayangnya, secara keseluruhan hampir tidak ada adegan lain dalam cerita film yang mampu menggugah emosi penonton. Beowulf (Ray Winstone) datang untuk menyelematkan kerajaan Hrothgar (Anthony Hopkins) dari ancaman monster jahat Grendel (Crispin Glover). Berkat keberaniannya, Beowulf mampu menumpas Grendel, tapi tindakannya itu harus dituntaskan pula dengan membunuh ibu Grendel (Angelina Jolie). Singkat cerita, tanpa terlalu menguras spoiler film, Beowulf menjadi raja menggantikan Hrothgar. Kejayaan Beowulf di benua Eropa berlangsung hingga berpuluh tahun berselang seekor naga membabi-buta di kerajaannya. Sekali lagi, Beowulf harus turun tangan dan angkat pedang membuktikan nama besar dan kepahlawanannya.

Sepintas, menonton Beowulf rasanya seperti menyaksikan Ugly Betty dalam versi animasi 3D a la Barbie. Ugh! Sudahlah! Animasi dan teknik CGI semata-mata diciptakan sebagai efek spesial untuk membantu film-film "nyata" macam trilogi The Lord of the Rings agar penonton mampu merasakan kedekatan emosi dengan film. Tapi, yang terjadi dalam Beowulf, hanya semacam pamer kehebohan teknologi belaka. Beowulf menjelma film miskin emosi yang sebaiknya dihindari penonton penggemar aksi "konvensional" (plus sedikit polesan efek di sana-sini). Sayang sekali...

* Review film Beowulf (2007)

** Image courtesy of www.impawards.com

Comments:
jangan film melulu. update hidupmu donk. yang sudah 'untuk masa depan' itu hehehehehe :p
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]