Wednesday, September 05, 2007

 

Plaza Semanggi

Seyogyanya pihak pengelola Plaza Semanggi akan sangat senang dengan tulisan saya ini yang secara langsung-tidak langsung menjual citra pusat perbelanjaan yang terletak di salah satu perempatan tersibuk di ibukota itu.

Sudah lama saya ingin menulis tentang tempat ini. Tidak bisa tidak, saya selalu mampir ke sini paling sedikit tiga kali dalam seminggu. Tadi sore, saya mampir di sana. Sebelum hari ini, Senin petang kemarin saya juga bertemu seorang teman di sana. Sebelum Senin, Jumat saya mengunjunginya pula. Wah, kalau masuk ke sana ada kartu anggotanya, pasti milik saya sudah gonta-ganti sekian kali...

Boleh dibilang kunjungan ini terlalu sering. Tapi, tidak bisa dihindari lagi. Kira-kira dua tahun lalu, ketika plaza baru dibuka, saya tak terlalu antusias. Ketika masih berkantor di bilangan Karet, Sudirman - plaza masih dibangun - teman kantor meramalkan setelah jadi plaza itu akan makin menambah kemacetan di bilangan Semanggi. Saya pun enggan mendatanginya. Sekira akhir 2005, ada kejutan berarti. Gramedia dibuka di sana! Saya sudah berkantor di Kuningan. Saya bilang, wah, niscaya makin sering saja saya ke sana. Benar saja. Paling tidak sekali seminggu, saya mengunjungi plaza. Kala Jumat petang atau usai liputan di jam-jam tanggung, saya menyempatkan diri ke sana. Kadang sendirian saja, kadang untuk bertemu teman-teman lama.

Seingat saya, dulu tidak terlalu sering ke sana. Beberapa bulan terakhir, pola itu berubah. Saya makin sering ke sana. Meski tidak ada perubahan di rak-rak buku Gramedia atau film baru di bioskop 21, kalau sedang tidak ingin pulang cepat, saya hinggap di plaza. Beberapa kali untuk bertemu teman, karena memang posisinya pas di titik pertemuan ke beberapa wilayah ibukota. Pihak pengelola menjual diri dengan slogan, The Best Meeting Point. Tidak salah. Namun, lebih sering saya ke sana sendirian saja. Berkali-kali dengan agak tebal muka, saya datang ke loket bioskop untuk memesan satu tiket. Hanya satu. Selalu satu. Saya sampai membayangkan, suatu ketika, saking seringnya saya nonton sendirian, penjaga loketnya menegur, "Kapan pesan dua tiket, mas?" Bisa dipastikan, kalau diserang pertanyaan itu, saya akan mengurungkan niat menonton. Sebagus apapun filmnya...

Saya juga sudah punya pola kunjungan. Kalau saya datang dari arah selatan Jakarta dan menumpang angkutan arah ke Sudirman-Thamrin atau naik busway, saya akan turun di jembatan penyeberangan Benhil dan masuk melalui pintu dari depan kampus Universitas Atmajaya. Bisa saja saya mampir di butik atm persis di depan kafe Oh La La bila kantong sedang kosong. Saya masuk melalui pintu di sebelah Cavana dan belok ke kanan menuju Gramedia. Kalau tidak diburu jamain film di 21, saya menyempatkan diri mampir di Gramedia. Setelah itu naik ke atas melalui eskalator depan Gramedia dan muncul di area fashion perempuan Centro. Saya ambil arah ke kiri, naik eskalator dan muncul di area fashion pria - masih di Centro. Biasanya saya cuma window shopping di sini. Saya jarang menyukai warna atau jenis pakaian dengan cepat, sehingga saya tak terlalu betah di situ. Saya keluar dan mengambil jalur yang tidak terlalu ramai yaitu dengan naik eskalator persis di depan Centro sampai ke lantai foodcourt. Bisa juga sekalian ke atas untuk membeli tiket bioskop dan atau sholat di mushola yang ada di pelataran parkir plaza. Aktivitas saya paling lama adalah di foodcourt. Kalau bertemu dengan teman, kami akan membetah-betahkan diri sampai diusir dengan halus oleh para pelayan di sana. Nah, pola ini sama saja kalau saya datang dari arah Kuningan-Gatot Subroto. Saya turun di jembatan Komdak dan masuk melalui pintu Gedung Veteran. Setelah melewati pos pemeriksaan barang bawaan, saya belok ke kiri masuk ke area fashion perempuan Centro yang tadi. Urutan selanjutnya sama saja dengan yang saya sebutkan tadi, tergantung kebutuhan apakah saya ke bawah dulu (biasanya ke ATM) atau langsung ke atas.

Saya baru akan pulang mendekati pukul sepuluh malam. Sampai bus terakhir dari Blok M datang. Lalu lintas ibukota sangat menyenangkan pada waktu seperti itu, tapi jangan harap terjadi pada Jumat malam. Jalan tol pun biasanya masih dipadati kendaraan. Saya akan sampai di rumah tidak lebih dari sejam kemudian, bisa 30 menit saja kalau benar-benar lancar - seperti pada Minggu malam, misalnya. Tiba di rumah, badan sudah penat, dan sambil menunggu bak kamar mandi dipenuhi air, saya berpikiran, 'Saya harus temukan tempat selain Plaza Semanggi!' Tak pernah berhasil. Dua-tiga hari kemudian, kamu pasti menemui saya di Plaza Semanggi lagi...

Comments:
Teh poci ... hehehe :)
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]