Tuesday, August 28, 2007

 

Getirnya Menjadi Single

Akan muncul begitu banyak pertanyaan yang bisa memberi gambaran tentang masalah seorang perempuan. Dalam Broken English, salah satu pertanyaan adalah ketika seorang perempuan sudah berusia di atas 30 tahun dan tetap single.

Agak aneh kalau mengetahui masalah seperti itu diangkat Hollywood, karena masyarakat Amerika sangat lekat dengan citra kemandirian dan kebebasan. Sepertinya status single tak terlalu menjadi masalah besar, termasuk bagi perempuan di sana. Tapi, persoalan yang dihadapi Nora (Parker Posey) rupanya sama saja dengan persoalan kaum perempuan lainnya di atas dunia: dia tidak juga menemukan orang yang tepat untuk dirinya.

Film disusun sangat sederhana, tidak terlalu mempersulit diri dengan sub plot atau setting yang macam-macam. Jangan harapkan pula warna-warni ala film-film komedi romantis ala Nora Ephron (You've Got Mail, Sleepless in Seattle), karena Broken English cenderung stagnan dan, di satu sisi, miskin soundtrack yang manis, namun alurnya mampu membuai penonton sampai akhir film. Broken English juga cocok ditonton untuk mereka yang sudah kenyang dengan semua eksploitasi Hollywood tentang kisah pria single. Jauh dari kesan kehidupan serbaliar yang sering dimunculkan dalam film-film sejenis, termasuk serial bersegmen kelompok gendernya sendiri Sex in the City, Broken English bisa memberikan sudut pandang dari sisi yang berseberangan. Keunggulannya, sutradara Zoe Cassavetes mampu memelihara konsistensi sudut pandang tersebut dengan terus menampilkan sosok karakter utama sepanjang durasi film.

Setelah mencoba berkenalan dengan beberapa pria, secara tak terduga Nora bertemu pria asal Perancis, Julien (Melvil Poupcud). Mereka menghabiskan akhir pekan bersama dan sepertinya masalah Nora akan terpecahkan. Namun, tanpa bermaksud ingin merusak mood penonton, jawabannya belum. Selamat datang dalam paradoks dunia perempuan, Nora merasa belum cukup yakin.

Hanya butuh keberanian untuk mengubah segala sesuatunya. Di depan teras, Julien duduk menunggu Nora. Sekejap Nora merasa bahagia, tapi Julien lantas memberi tahunya dia harus pulang keesokan harinya. Julien mengajak Nora ikut dengannya ke Paris. Nora merasa gamang, haruskah semua orang meninggalkan dirinya persis ketika dia mulai merasa bahagia? Dia menampik ajakan itu - paradoks kedua dunia perempuan. Julien pun pulang. Hidup Nora terus berjalan, tanpa perubahan. Kegetiran terus menghantui Nora, sampai dia sadar dan memutuskan: dia harus ke Paris menemukan Julien! Terkadang untuk mendapatkan sesuatu kita memang harus menunggu, tapi kita juga harus ingat, pada saat yang sama sebuah tawaran takkan datang dua kali... ***

*Review film Broken English (2007)
**Image courtesy of http://www.ioncinema.com/

Comments:
Hweiiii mentang-mentang kisah nyatanya begitu; pake paradoks perempuan segala! Generalisasi! Hihihihihihi. Tapi kayaknya bagus sih, film yang ini. Lo nggak mau memberikan tawaran yang ketiga kali? ;p
 
Curhat colongan boleh dong, Han.. Hehehehe... Maaf pake generalisasi, tapi jadi seru kan review-nya? ;)
Tawaran ketiga? Ntar deh, kalau gw udah di Paris. :))
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]