Tuesday, April 10, 2007

 

Berebut Rezeki Ibukota

Yap! Akhir minggu nan panjang dua tiga hari lalu saya habiskan di Bandung. Bukan sebuah "lagi-lagi", karena ini seperti sebuah keharusan karena seorang teman dekat menyelenggarakan syukuran sederhana atas usainya perjalanan mencari sang belahan jiwa. Tidak usah bermelankoli ria - bukan ini tujuan tulisan blos saya kali ini.

Apa yang ada dalam pikiranmu dengan kata "long weekend" dan "Bandung"? Pasti tak jauh dari bayangan padatnya jalan Dago atau Cihampelas dengan mobil-mobil berpelat "B" yang memenuhi pondok-pondok penjualan konveksi terjangkau di seantero kota kembang. Itu terjadi juga kemarin, meski tidak sepadat biasanya. Tapi ada pemandangan lama yang kembali menyentil pikiran saya. Mungkin sekarang lebih menohok, karena saya lihat tidak ada perbedaan mencolok yang terjadi bertahun-tahun saya mengunjungi Bandung.

Pemandangan yang saya maksud berada di tiap perempatan jalan protokol. Sekarang tak ubahnya seperti ibukota. Pengemis. Anak jalanan. Pengamen. Dan mereka yang bersenjatakan kemoceng untuk membersihkan kaca depan mobil tanpa diminta. Mereka semua berebut rezeki dari pengendara yang terpancing belas ibanya. Wajar - tidak semua orang beruntung mengadu nasib dalam hidup. Tapi, aneh kan kalau melihat berapa banyak pendapatan yang bisa dikeruk Pemkot Bandung sedangkan pada saat yang sama nasib mereka seperti terabaikan?

Berapa banyak yang bisa didapatkan pemerintah dari tiap kali weekend? Jalan tol. Pajak pendapatan daerah. Lapangan kerja. Pariwisata. Sebut saja semua. Tapi berapa banyak yang dikucurkan untuk memerhatikan kesejahteraan kaum pinggiran? Ada teori "hari raya", mereka bukan penduduk asli Bandung, melainkan mereka yang tinggal di sekitar ibukota Jawa Barat ini untuk datang setiap kali weekend tiba. Seperti hari raya, mereka sadar weekend menjadi kesempatan emas untuk menangguk rezeki sebesar-besarnya. Mungkin dengan makin berlimpahnya pendapatan, Pemkot ada niatan untuk membangun sistem kesejahteraan sosial sehingga "rezeki dari ibukota" bisa dibagi bersama. Sekarang, adakah niat itu?

Mentang-mentang Ebiet dari Bandung, jangan kamu bilang jawabannya ada pada rumput yang bergoyang...

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]