Sunday, February 18, 2007

 

Pelajaran Menghapal

Saat SD, kelas diminta menghapal surat Al-Bayyinah untuk menambah nilai pelajaran Agama. Saya tidak mau. Saya menganggap tugas ini terlalu berat. Menurut saya, ada delapan ayat yang terlalu panjang untuk dapat dihapal. Okelah kalau misalkan delapan ayat seperti Al-Takatsur, misalnya, yang ayatnya memang panjang namun hapalan per ayatnya tidak terlalu menyiksa pikiran. Namun, seperti kita ketahui, tidak boleh ada protes dalam ruang kelas dan titah guru adalah segalanya. Kami diberi waktu seminggu menghapal di rumah dan saya tidak menghapal sama sekali. Anggap saja sebagai bentuk protes. Saya malah berharap tidak masuk saat pelajaran Agama minggu depan, tapi saya tidak bisa menghindar. Tidak masuk sekolah pada zaman dahulu adalah sebuah dosa besar. Saatnya pun tiba. Di tengah gumaman satu kelas menghapal surat menunggu giliran maju ke depan, saya hanya berdiam diri. Bisa ditebak, ketika dipanggil, saya cuma berdiri canggung di depan guru dan dengan polos mengaku tidak hapal surat yang ditugaskan. Entah berapa nilai yang diberikan untuk saya, tapi saya tidak peduli.

Saya ingin membela diri saya sendiri sekarang, patutkah seorang anak SD menghapal sebanyak itu? Apa tidak ada hapalan surat pendek lain yang bisa ditugaskan kepada kami? Mungkin ini kesalahan saya juga, menyerah dulu tanpa pernah mencoba. Tapi, coba pahami posisi saya. Pikiran saya sudah terganggu sejak awal oleh pertanyaan [dan sikap menyerah] ini sehingga membuat saya tidak pernah bisa menghapalnya. Lagipula, bukankah seorang guru berperan sebagai pendidik di ruang kelas? Demi mengetahui seorang siswanya tidak mau menjalankan tugas yang diberikan, bukankah seorang guru sebaiknya mendengar keberatan sang siswa ketimbang menghukumnya? Ruang kelas, dan institusi pendidikan, seharusnya bisa lebih memanusiakan siswanya. Guru bisa menerima masukan dan keluhan siswanya. Perasaan itu sesuatu yang manusiawi. Sekolah tidak untuk mencari nilai, dalam kacamata saya, melainkan "ilmu". Tidak hanya di atas buku, tapi juga dari teman bangku sebelah, teman sekelas, guru [orang yang lebih tua], dan lingkungan.

Tapi, demi Tuhan, ini kan cuma sebuah tugas menghapal?! Haruskah saya mendramatisirnya sedemikian rupa? Maksud Ibu Guru Agama kan baik, supaya murid punya bacaan ketika shalat. Hapalan surat juga bisa menjadi bekal di masa depan. Semuanya supaya menjadi bekas dan bekal yang bermanfaat, amin... Ngomong-ngomong, soal menghapal [dan mengingat], saya pernah membaca sebuah referensi yang menyebutkan sesungguhnya apa yang masuk ke dalam otak kita tetap disimpan dan tidak pernah terhapus. Artinya, tidak ada yang dinamakan "lupa", ingatan itu hanya tertimpa oleh ingatan lain. Buktinya, saya tidak ingat dengan pasti dari mana dan siapa referensi itu saya baca...

Kesimpulannya, semua yang pernah kita alami takkan bisa dilupakan. Kalau begitu, kenapa kita harus melupakan?

Comments:
Sekolah tidak untuk mencari nilai, dalam kacamata saya, melainkan "ilmu".

Kalo buat saya sekolah itu buat nyari nilai, :) kalo mo nyari ilmu bukan disekolah, lha wong pendidikan kita ngaconya bukan maen.. lebih banyak dapat ilmu diluar sekolah ketimbang disekolah.

tapi....mmm mungkin iya juga si
*plin-plan
 
Hehehe, sepakat dengan bung Erwin. Ini kan idealnya, maklumlah makhluk platonis...

Ngomong-ngomong, pernah baca novel Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata belum? Recommended!
 
guru matematika saya waktu sma pernah bilang:
"makin banyak belajar, makin banyak lupa"
jadi,
"makin sedikit belajar, makin sedikit pula lupanya"
betul? (dengan nada kiwil meniru zainudin mz)
 
ya ampun. jlebbb. terakhirnya itu lho, teteppp colongan huehehehe. tenang, gue nggak akan ngelupain elo, kok ;p (GR) hihihihihi...
 
Cari Novel disini susah! tapi gw catet deh. Thx.
 
@acoenk: itu dari guru matematika atau dari bang Hermes ya?

@hanny: iyalah, blog ini kan 90 persen isinya curhat. dipoles-poles dikit biar gak kentara.

@erwinh: beli on line aja. hehehe...
 
persamaan guru matematika sma saya dgn bang hermes adalah:
sama-sama orang batak!
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]