Tuesday, February 20, 2007

 

Dunia Ofelia

Gadis itu lahir pada masa yang salah. Perang saudara sedang membuncah di bumi Spanyol. Kaum nasionalis pimpinan Jenderal Franco berada di atas angin, dengan bengis mereka menumpas pemberontakan para loyalis sampai ke pelosok-pelosok. Namanya Ofelia, anak seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Pasangan ibu - sedang hamil tua - dan anak itu mengungsi ke sebuah pondokan pinggir hutan demi mendapat perlindungan dari seorang kapten pasukan, orang yang menanam benih dalam rahim sang ibunda. Ofelia murung, dunia tak seperti cerita dalam buku bacaan kesukaannya. Tapi, apakah waktu boleh dipersalahkan?

Dalam karya terbarunya, Pan's Labyrinth (2006), sutradara asal Meksiko Guillermo del Toro memperlihatkan kesukaannya pada monster adalah sebuah keindahan dalam arti tersendiri. Dengan menggunakan kepolosan anak-anak, del Toro memberi penonton sebuah pertanyaan, "Seperti apakah dunia tempat kita tinggal ini?"

Tengah malam, Ofelia terbangun. Mimpinya seakan menjadi kenyataan. Dia menemukan labirin sarang faun - makhluk dongeng bertanduk dan kaki kambing - yang mengisahkan cerita mengejutkan. Ofelia sesungguhnya anak seorang raja "dunia bawah". Dia dibawa ke atas bumi untuk diselamatkan dari kekisruhan kerajaan ayahnya. Sekarang Baginda Raja ingin membawa Ofelia pulang. Melalui faun, Ofelia harus menempuh tiga ujian sebelum kembali ke tempat ia berasal.

Sementara itu, suasana di sekitar pondok tak lebih baik. Pemberontakan makin merajalela. Taktik gerilya yang dilakukan loyalis membuat suasana tak tenteram. Asisten sang Kapten menangkap petani dan anaknya yang dengan sadis ditembak mati hanya karena dicurigai anggota pemberontak tanpa bukti. Sedangkan ibu Ofelia sakit keras, jabang bayi yang dikandung memperburuk kesehatannya. Kapten sendiri tak peduli sepanjang dia bisa mendapat anak laki-laki sebagai penerus nama keluarga.

Kasihan Ofelia. Di tengah kepelikan ini, dia berjuang menuntaskan tiga ujian yang diberikan faun. Dia bertekad ingin menagih janji yang diberikan, kembali ke tempatnya berasal, sebuah kerajaan nan damai sentosa.

Tidak cuma sekali ini del Toro bermain-main dengan karakter fantasi. Hellboy (2003) adalah contoh paling populer. Bila dalam Hellboy del Toro lebih berat ke aksi komikal, maka dalam Pan's Labyrinth dia selangkah lebih maju dengan memberikan pesan yang lebih berbobot dibandingkan aksi jumpalitan superhero belaka.

Menjelang akhir film, tampak jelas ke mana arah keinginan del Toro. Sang ibu yang sakit keras memecah lamunan Ofelia, dan penonton, "Dunia bukanlah kisah dongeng seperti dalam buku bacaanmu, Ofelia." Serta merta tak lama mengucapkan itu ibunda jatuh tak sadarkan diri dan meninggal dunia setelah melahirkan anak laki-laki. Ketegangan terus berlanjut sampai akhir cerita. Setelah kematian ibunya, rasa tidak suka antara Kapten dan Ofelia makin jelas. Dalam sebuah kesempatan, Ofelia melarikan adiknya masuk hutan sebagai syarat terakhir yang diminta faun untuk kembali ke kerajaan. Sayanganya, Kapten berhasil membuntutinya. Ofelia terdesak, tak bisa lari lagi. Detik itu pula dia harus menghadapi mana kenyataan yang sebenarnya.

Bagi penonton, ada dua pilihan dalam mengambil kesimpulan: apakah menganggap Pan's Labyrinth berakhir sedih atau bahagia? Del Toro berhasil menggiring penonton pada jawaban yang mencerminkan cara pandang penonton sendiri terhadap dunia tempat tinggal mereka. Dengan begitu, Pan's Labyrinth, nominator film berbahasa asing terbaik Oscar 2007, tak boleh ditinggalkan! [*]

*Resensi film Pan's Labyrinth, 2006, Guillermo del Toro
** image courtesy of www.movieweb.com

Comments:
Yup, ini pilem tobh abish.
-ampe nonton berulang-ulang-
 
Apakah ada kemiripan antara Ofelia dan Adinda? Just wondering huehehehehe ;p
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]