Thursday, January 25, 2007

 

Harap Tenang, Ada Ujian!

Pemuda yang baru naik mikrolet ini tidak canggung dengan seragam yang dipakainya, kemeja lengan panjang digulung pendek sampai siku berwarna putih lusuh dengan celana katun hitam baggy bermodel lama dengan tiga kerutan horizontal dari garis pinggang sampai paha dan kelim di ujungnya. Pandangan awam langsung berprasangka, anak ini baru saja pulang dari ujian negara. Entah di mana kampusnya, yang pasti kampus itu butuh perangkat akreditasi ini-itu dari Dikti demi mendapat gengsi ijazah para mahasiswanya. Untuk mendapat surat keramat itu, mahasiswa manapun harus mengikuti ujian.

Ujian. Setelah kamu belajar, kamu akan diuji sejauh mana pembelajaranmu selama ini. Bagi pihak pemberi, melalui ujian kamu akan mengetahui apakah materi atau metode pengajaranmu dapat diterima dengan baik atau tidak oleh siswa. Ketika masa sekolah dulu, ujian adalah hantu yang paling menakutkan. Lebih horor lagi manakala sang guru galak masuk ruangan kelas dengan muka cemberut, jalannya bergegas-gegas, menggebrak meja atau papan tulis, dan tanpa cang-cing-cong langsung murka, "WAKTUNYA ULANGAN MENDADAK!!!" Sontak protes, keluhan, dan racauan tanda frustrasi menggema ke setiap sudut ruangan kelas. Padahal sang guru dan pihak sekolah atau kampus masih memberikan kemudahan; ia adalah institusi yang memiliki standarisasi dalam menjalankan sistem organisasinya, ada reward dan punishment yang jelas, yaitu angka dalam rapormu. Satu lagi, institusi pendidikan pasti mengadakan ujian dengan waktu tertentu. Tengah dan akhir semester. Namun, hidup pun punya ujiannya sendiri.

Tahun 2007 masih jauh dari fajar. Kalau dianalogikan dengan putaran jarum jam, hari ini baru akan menginjak pukul dua dinihari. Orang-orang belum bangun, kecuali mereka yang insomnia dan sedang giliran ronda. Tapi, itu tadi, ujian dalam hidup tidak mengenal waktu. Seminggu terakhir banyak "ketiba-tibaan" yang masuk dalam irama kehidupan saya. Kemarin lusa, saya kaget setengah mati demi mendapat kabar seorang teman sedang di tengah jalan melarikan ibunya ke rumah sakit khusus jantung. Ada empati yang sangat khusus untuknya, ayahnya baru saja berpulang kurang dari enam bulan lalu dan dia anak tunggal. Ahhhhh... Sehari setelahnya, usai liputan dari sebuah liputan, saya pun mendapat kabar yang tidak kalah mengejutkan. Pemilik tempat saya - dan teman-teman - bekerja meninggal dunia. Ahhhhh...

Saya tidak lebih pandai dari teman saya itu untuk tahu bagaimana mencari solusi untuk skenario terburuk yang mungkin saja menimpanya. Mudah-mudahan tidak dan kepadanya diberikan kemudahan... Saya yakin teman saya itu mampu bertanggung jawab penuh atas keluarga dan dirinya sendiri. Apapun yang terjadi. Diam-diam, saya berjanji membantunya sepenuh hati apapun yang mampu saya lakukan.

Saya pun tidak lebih pandai untuk mengetahui apa yang akan terjadi dengan tempat kerja ini. Saya yakin skenario terbaik sudah disiapkan dan niscaya dijalankan sebaik-baiknya. Betapa kehilangan seseorang ini sangat dirasakan keluarga yang ditinggalkan beliau. Betapa pula kehilangan ini juga berdampak luas pada banyak orang yang kehidupan mereka bergantung pada beliau. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun...

Tidak pernah ada jaminan kepastian untuk ujian hidup. Tidak akan ada pengumuman hasil ujiannya. Tidak akan ada undangan sekolah untuk para orang tua supaya mengambil rapor pada sebuah Sabtu. Tidak akan ada standarisasi reward dan punishment yang jelas. Tidak ada!

Mikrolet berhenti. Saya turun di depan jalan menuju rumah. Saya harus berjalan lima menit untuk sampai dan menikmati makan malam. Badan terasa kurang sehat, saya butuh kafein atau segelas susu cokelat hangat. Pemuda berseragam putih-hitam itu masih di atas mikrolet, kiranya rumah masih lumayan jauh. Mungkin dua puluh menit lagi dia sudah sampai. Mungkin besok dia harus bangun pagi-pagi dan pergi ujian lagi dengan seragam yang persis. Mungkin setelah libur seminggu dua, nilainya sudah keluar. Dan, dia akan tahu berapa mata kuliah yang boleh dia ambil semester besok. Saya melihat ke atas. Langit gelap. Boleh jadi mendung atau sekadar awan tebal ingin lewat. Bintang-bintang kelam. Tak ada petunjuk...

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]