Monday, December 04, 2006

 

Kalau Amerika Serikat Ingin Mengerti

"Dunia lebih baik tanpa Amerika Serikat". Kalimat tersebut sudah sangat sering terdengar di negara kita. Seperti ingin menambah protes anti-kedatangan Tuan Bush ke negeri tenteram nan permai ini, Albert Brooks [Finding Nemo, The In-Laws] mencoba meniru metode Michael Moore [tentu Brooks tak suka dibandingkan seperti ini]: protes melalui film. Berbeda dengan jalan Oliver Stone yang berubah sedikit patriotis dalam World Trade Centre, Brooks menulis dan menyutradarai Looking for Comedy in Muslim World dengan pisau sarkasme.

Alkisah, suatu hari Brooks menerima surat dari Pemerintah AS untuk sebuah proyek demi kepentingan negara. Dalam rangka memahami seisi dunia, khususnya populasi Muslim, Pemerintah meminta Brooks mencari tahu apa yang bisa membuat mereka tertawa. Karena dikenal sebagai seorang komedian, Brooks dipilih berangkat selama sebulan ke India dan Pakistan untuk mendapat jawaban atas pertanyaan tersebut. Ditemani dua orang staf pemerintahan, berangkatlah Brooks ke New Delhi. Di ibukota India itu, dia tak menemukan satupun klub komedi - begitu juga di Pakistan. Muncul gagasan untuk menyelenggarakan pertunjukan stand-up comedian. Brooks merasa dia paham betul apa yang bisa membuat orang tertawa. Sekali lagi karena dia seorang komedian, apa susahnya membuat orang tertawa? Dia memperoleh kejutan: ternyata sulit membuat orang India tertawa.

Film ini ditulis sekaligus disutradarai oleh Brooks. Brooks memang piawai dalam menulis. Seperti yang dia lakukan dalam filmnya yang lain, misalnya The Muse, kekuatan film terletak pada dialog. Renyah dan menggelitik. Sayangnya akting Brooks terkesan datar dan terkesan dia tak mampu berperan sebagai dirinya sendiri. Namun, Brooks tak dapat menyembunyikan kegemasannya melihat meluasnya konflik dunia yang terjadi belakangan ini. Dalam film dia menggunakan plot suasana kedutaan India dan Pakistan - dua negara tetangga yang saling bermusuhan - yang sama-sama resah menangkap aktivitas misterius seorang Amerika di teritori kedaulatan mereka. Akhir cerita, setelah dua minggu berselang kedatangannya, Brooks terpaksa angkat kaki karena kedutaan AS menangkap sinyal konflik yang terjadi di India. Maksudnya, Brooks ingin menggambarkan sebesar apa akibat dari intervensi AS terhadap negara lain. Misi film ini sendiri terjawab lewat analisis staf pemerintah yang menemani Brooks; dia berpendapat kegagalan Brooks memancing tawa penonton India saat pertunjukan stand-up comedian adalah karena Brooks tidak memahami penontonnya. Dalam film, analisis ini disangkal Brooks.

Saran untuk mereka yang tertarik menonton film ini: jangan bersikeras memahami apa yang ingin disampaikan Brooks. Seperti orang India yang bergeming menonton pertunjukan stand-up comedian Brooks, kita seperti tidak dituntut memahami pesan film karena Brooks memang tidak bermaksud mengalamatkannya pada kita - lebih kepada warga AS.

Selain dialog, kekuatan film ini juga terletak pada pesan sarkasmenya. Menurut Brooks, seperti yang dituturkannya pada Maya si sekretaris lokal, sarkasme adalah "berbicara tentang sesuatu tapi sebenarnya tentang hal lain". Sekadar petunjuk [bagi yang tidak senang dirundung penasaran], letak sarkasme itu pada kalimat pertama resensi ini.

* Resensi film "Looking for Comedy in Muslim World" (Albert Brooks, 2006)

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]