Monday, December 25, 2006

 

Hidup Terus Berlanjut

Sengaja saya menggali agak ke belakang, setelah tergopoh-gopoh menjelajahi toko langganan di Ratu Plaza, saya memboyong 21 Grams untuk dinikimati di rumah demi memahami pesan di balik publikasi dan popularitas luar biasa dari Babel belakangan ini.

Kedua film di atas, serta Amores Perros, disutradarai oleh Alejandro Gonzalez Inarritu beserta kolaborator setianya, penulis Guillermo Arriaga. Babel adalah film terakhir yang saya tonton ketika Jiffest minggu lalu. Gawatnya, saya gagal menangkap pesan yang ingin disampaikan Inarritu. Gawatnya lagi, film ini disebut-sebut melengkapi trilogi karya sutradara asal Meksiko ini sekaligus ditahbiskan sebagai karya terbaiknya.

Lupakan dulu chemistry antara Brad Pitt dan Cate Blanchett, atau aksi gemilang Reiko Akuki sebagai gadis Jepang yang bisu-tuli di Babel. Menurut saya, justru melalui 21 Grams Inarritu mampu menyampaikan pesannya dengan sangat jelas. Film 21 Grams menggunakan teknik editing yang tidak menghiraukan ikatan ruang dan waktu. Hebatnya, dengan teknik ini penonton dibuat penasaran dan tetap setia duduk menonton mencari jawaban atas petunjuk yang diberikan Inarritu. Ibaratnya, 21 Grams adalah labirin raksasa. Satu potongan scene di dalamnya serupa sebuah kunci untuk membuka pintu yang menuntun penonton memasuki ruangan yang terhubung dengan ruangan lainnya. Masing-masing ruangan ini menghubungkan jalur antara pintu masuk dan keluar labirin. Wow!

Sulit memilih mana yang berperan lebih baik: Sean Penn, Naomi Watts, ataukah Benicio del Toro. Nama terakhirlah yang berhasil meraih Oscar, Penn dan Watts masuk nominasi Aktor dan Aktris Pendukung Terbaik. 21 Grams menceritakan tentang betapa berharganya hidup. Seperti yang diceritakan di akhir film, judul tersebut menunjukkan fenomena berkurangnya berat manusia sebesar bobot serupa ketika dijemput sang maut.

21 Grams bercerita tentang tiga karakter yang terhubung berkat jantung yang didonorkan mendiang suami Cristina [Watts] kepada Paul [Penn]. Paul, penderita gagal jantung akut, bertekad mencari tahu siapa sang donor yang menyelamatkan nyawanya. Pelan-pelan dia mendekati Cristina yang depresi dan mereka berdua pun saling jatuh hati. Cristina bertekad membalas dendam kepada John [del Toro] yang menabrak hingga tewas suami dan kedua anaknya.

Dengan komprehensif, Inarritu melengkapi cerita dengan latar belakang ketiga karakter tersebut. Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Seperti yang digambarkan dalam satu scene yang sulit dilupakan, John yang religius berbalik "menyalahkan" Tuhan atas kecelakaan tersebut. Memang yang ada hanya hidup. Di balik semua kejadian yang menimpa, manusia harus terus bertahan hidup. Film ditutup dengan narasi yang memukau, "Berapa bandingannya berat 21 gram itu? Seberat koin. Seberat seekor burung. Seberat sebatang cokelat". Betapa berharganya sebuah kehidupan itu. Dan, kematian adalah bagian dari kehidupan. Bagi mereka yang hidup, hidup harus terus berlanjut.

Solid! Meski sungguh demikian terlambat, 21 Grams berhasil menjadi salah satu film terfavorit saya pribadi. Untuk dibandingkan dengan Babel, penyampaian pesan dalam 21 Grams lebih berhasil. Setelah ini, saya memang harus menemukan kembali makna dan pesan Babel. Sebagian sudah ada dalam kepala saya, tapi maaf buat semua popularitas tadi, 21 Grams masih lebih baik. Brilian!

* Review film 21 Grams (Alejandro Inarritu, 2003)

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]