Sunday, December 10, 2006

 

Akhir Sebuah Sabtu

Sejak dua minggu lalu, saya memulai sebuah janji dengan akhir yang sudah saya duga. Meski begitu, saya butuh satu setengah jam - untunglah - untuk mengisi kembali kekosongan yang muncul dalam rongga dada begitu janji itu berbalas dengan kekecewaan.

Langit berpihak kepada saya sepanjang Sabtu ini - setidaknya di ibukota. Tak turun pula hujan yang saya khawatirkan ketika memulai janji itu. Namun nasib baik memang tak dapat berjalan baik pula tanpa kesungguhan dan keberuntungan. Dengan pagi yang agak gopoh, saya melewati pengalaman udara pertama saya di sebuah radio ibukota dengan relatif lancar. Saya akui saya gugup. Apalagi, saya membenci figur seorang komentator sepakbola yang seperti-tahu-segalanya-tapi-dengan- komentar-yang-membabi-buta-dan-berbusa-busa. Setelah mencicipi posisi sebagai komentator, saya akui saya sudah menanda tangani kontrak untuk bergabung dalam kelompok komentator sepakbola yang seperti-tahu-segalanya-tapi-dengan-komentar-yang-membabi-buta- dan-berbusa-busa. Sejam pun terasa lebih cepat dari biasanya. Benar kata teman saya, cuap-cuap itu zat adiktif nan berbahaya - mestinya BPPOM mulai mengawasi hal ini.

Setelahnya, saya hinggap di pameran buku nasional di bilangan Senayan hanya demi melewati satu persatu stand dengan melengos kiri ke kanan. Memang saya salah memilih hari, Sabtu siang untuk sebuah pameran buku niscaya diisi dengan pengunjung berlalu-lalang yang padat. Belum lagi mereka yang rela membawa serta anak-anaknya demi mencurahkan kasih sayang pada sang buah hati yang ingin membeli buku cerita sesuai keinginannya. Saya berkata kepada diri sendiri, "Saya ke sini untuk melihat buku atau melihat orang-orang sih?!" Tidak betah, saya beranjak ke agenda utama hari ini. Yap, sebuah festival film tahunan ibukota yang diselenggarakan di sebuah bioskop di bilangan Sarinah.

Dengan menumpang busway, tak butuh lama mencapai tempat itu. Istirahat sebentar dan menikmati ketoprak jalanan dengan sebotol teh [kaget juga dengan harga pengganjal perut ini Rp 5.500 saja], saya menanti kedatangan teman-teman di dalam bioskop. Paling tidak, saya takkan menjalani Sabtu ini sendirian saja. Plan B yang berjalan persis di ujung Plan A saya. Posisi kursi sebelah yang sedianya diperuntukkan baginya direposisi oleh seorang teman lama - sekaligus juru selamat saya. Usai film, saya bergabung dengan rombongan teman-teman menghabiskan petang. Kesana-kemari-tak-tentu-arah tak masalah, karena memang tujuan saya untuk selekasnya membunuh waktu.

Menjelang pukul 11 malam, saya tiba di rumah demi menghadapi tumpukan pekerjaan yang sengaja saya tunda kerjakan hari ini. Belum lagi saya sentuh mereka sampai detik ini. Besok dan seminggu ke depan, saya akan mulai berdarah-darah lagi; pekan ini juga tugas seorang pewarta harus paripurna. Saya menghidupkan komputer, meregangkan badan, menulis basa-basi tak perlu ini ke dalam blog, dan mungkin setelahnya akan berpikir menyelesaikan sebagian pekerjaan. Dan, dua menit lagi, Sabtu ini segera berakhir.

Tak usah sedih, sidang pembaca. Saya memang kecewa, tapi cukup sampai Sabtu ini saja.

Comments:
semoga sabtu pekan depan jauh lebih ranum dan menyenangkan ya
;)
 
Thx, atta...

Harsh world, isn't it?

:)
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]