Sunday, October 08, 2006

 

Rencana B Marco Van Basten

Partai kualifikasi Belanda melawan Bulgaria di Sofia adalah Rencana B buat pelatih Marco van Basten. Sayang, setelah 90 menit rupanya dia butuh Rencana C, D, E, ...

Pangkal masalahnya adalah Klaas-Jan Huntelaar. Dalam sesi latihan dengan klubnya, Ajax Amsterdam, penyerang muda andalan San Marco ini cedera engkel dan divonis absen dari lapangan hijau selama sebulan. Marco terpaksa menjilat ludahnya sendiri. Sambil mengunyah bulat-bulat harga dirinya, dia menelepon Ruud van Nistelrooy ke Madrid sana. "Ayolah, Ruudtje. Tim membutuhkanmu," bujuk Marco. Ruud tersenyum simpul dan menjawab dengan tenang, "Tidak, tuan bondscoach."

Kepala Marco bertambah pusing saat pinangannya juga ditolak mentah-mentah oleh Mark van Bommel. Andalan baru Bayern Munich ini bahkan tak menyembunyikan kebenciannya. "Selama Marco masih melatih Oranje, aku takkan pernah bermain untuknya," begitu sumpahnya. Oranje memang bukan hanya Ruudtje dan Mark. Tapi pemain-pemain muda Oranje masih perlu layanan konseling kedua pemain senior itu.

Tanpa Ruudtje dan Mark, Marco menantang Hristo Stoichkov di Sofia, Bulgaria. Belum seperempat jam pertandingan, pipi Marco ditampar dua kali. Pertama, akibat salah jatuh, penyerang utama tim Dirk Kuyt - yang diyakini mengambil alih figur kepahlawanan tim - cedera engkel. Tak lama, tusukan Martin Petrov dari sayap kiri berhasil membobol gawang Edwin van der Sar. Saatnya Rencana B. Ups, maaf, mungkin bagi Marco sendiri ini sudah Rencana C. Kuyt toh bukan pilihan pertama Marco untuk posisi nomor 9 dalam strategi permainannya. Ryan Babel pun dimasukkan dan Oranje bermain dengan tiga penyerang sayap!

Seperti sudah diduga, posisi ujung tombak - ajaibnya - ditempati Robin van Persie. Pemain muda ini makin matang saja. Dia mampu menjawab kepercayaan sang pelatih dengan membukukan gol penyeimbang kedudukan saat pertengahan babak kedua. Pertandingan pun berakhir sama kuat, 1-1. Herannya tidak ada lagi pergantian yang dilakukan Marco pada babak kedua - kecuali pergantian "basa-basi" Stijn Schaars pada injury time. Strategi tiga penyerang sayap di lini depan memang mengejutkan, namun belum berhasil mencuri angka penuh di kandang lawan. Marco lebih memilih bersikap pragmatis ketimbang berjudi dengan memasukkan Jan Vennegoor of Hesselink menggantikan salah satu gelandang atau beknya, misalnya. Andaikan sampai menjelang peluit panjang kalau tiga penyerang sayap itu masih buntu, Jan bisa saja menjadi Rencana C Marco.

Tugas Marco belum selesai. Dia harus mengantungi banyak rencana di saku jaket pelatihnya. Tidak bisa lagi kau andalkan kelincahan Robin, Arjen Robben, atau Wesley Sneijder semata, wahai Marco! Kau butuh senjata pamungkas. Kau butuh Rencana D, E, F, ..., sampai Z sekalipun! Pertanyaannya sekarang, apakah perdamaian dengan Ruudtje dan Mark masuk dalam agendamu, Marco?

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]