Monday, September 11, 2006

 

Ayolah Marco, Ruudtje masih ada!

Satu-satunya hal yang membuat saya tetap terjaga sampai pukul dua dinihari tadi adalah harapan melihat pemain berseragam 17 Real Madrid itu mencetak hattrick. Harapan [atau do'a] saya terkabul. Menit pertama injury time, Ruud van Nistelrooy mencetak hattrick pertamanya pada partai kedua di Liga Spanyol!

Sebenarnya pada saat yang sama stasiun televisi yang lain memutar ulang partai perdelapan final Jerman 2006 Belanda vs Portugal. Ya, Ruudtje tidak bermain dalam Battle of Nuernberg itu dan saya muak menontonnya lagi. Maka, meski bukan penggemar Los Galacticos, saya merelakan waktu untuk melihat aksi Ruudtje bersama klub barunya tersebut. Empat hari sebelumnya, Oranje turun bertanding dalam rangka kualifikasi Euro 2008 melawan Belarusia. Mereka menang 3-0 dan semua gol tercipta hasil set piece. Seminggu sebelum ini, mereka melawat ke Luksemburg. Menang, memang. Tapi tak dinyana hasilnya “hanya” 1-0. Itupun bek Joris Mathijsen yang membuat gol. Ke mana perginya debut gemilang Klaas-Jan Huntelaar?

Di bawah gemblengan Marco van Basten, anak-anak muda Belanda belum tampil meyakinkan. Apalagi San Marco bersikeras meninggalkan jasa pemain-pemain senior dalam skuadnya. Clarence Seedorf ditinggalkan – saya pribadi sepakat. Tapi, tidak kalau Roy Makaay dan Edgar Davids ikut dicoret. Belakangan Ruudtje dan Mark van Bommel menyusul. Saya masih menerima van Bommel tidak lagi dipanggil, tapi tidak Ruudtje!

Di stadion Levante, Ruudtje memperlihatkan keunggulannya sebagai striker papan atas dunia: oportunis, cerdas, licik, pengambilan posisi, dan akurasi tendangan yang mumpuni. Seorang Fabio Capello sampai melupakan pemain terbaik dunia dua kali Ronaldo Nazario, “mengesampingkan” Raul Gonzalez, serta mencadangkan Robinho dan Jose Reyes. Ruudtje menunjukkan buktinya. Gol pertamanya memperlihatkan kelasnya: membelakangi gawang dari garis kotak 16 yard, dia menembak sambil membalikkan badan dengan instingtif. Bola diarahkan ke pojok kanan gawang kiper Pablo Cavallero. Masuk! Gol kedua dan ketiganya memperlihatkan kelas yang lain lagi: ketenangan dan jiwa oportunis tingkat tinggi. Seharusnya dia bisa mencetak hattrick lebih cepat kalau eksekusi penaltinya tak digagalkan Cavallero. Tapi rupanya sejarah ingin ditulis dengan cara lain.

Setiap berhasil mencetak gol, Ruudtje berlari ke arah tribun. Tangannya melambai ke arah penonton. Mungkin bukan penonton yang ingin disambutnya, melainkan sosok van Basten yang dia cari malam itu. Idola masa kecilnya itu harusnya ada di stadion, karena toh ternyata dia masih layak membela Oranje. Ruudtje masih memendam impian sukses bersama Oranje, hal yang gagal ia dapatkan tiga bulan lalu. Saat ini Marco lebih memercayakan lini depan timnya pada diri Huntelaar, Dirk Kuyt, Ryan Babel, dan Jan Vennegoor of Hesselink. Tak ada yang perlu diragukan dari kualitas mereka. Tapi, mereka tak punya naluri membunuh sebesar Ruudtje.

Huntelaar boleh ditakuti di liga Belanda. Namun dia masih perlu belajar banyak di ajang internasional. Babel terus terang kurang berpengalaman. Kuyt, nah saya masih bingung mencari di mana faktor kebergantungan tim pada sosoknya. Ada harapan dia bisa menjadi Dennis Bergkamp yang baru. Atau paling tidak Kuyt bisa menjadi pelayan yang baik bagi striker utama tim. Sedangkan VOH – ah, figurnya seperti pelengkap tim saja. Belasan kali turun membela Oranje, belum satu gol jua yang disumbangkannya.

Ruudtje masih dibutuhkan Oranje! Sayangnya, materi dan strategi tim saat ini seperti tak mendukungnya untuk mencetak banyak gol. Dua pemain sayap, Arjen Robben dan Robin van Persie, tampak terlalu individualis untuk menunjang kelebihan Ruudtje. Pengalaman menunjukkan, Ruudtje lebih subur dengan layanan bola-bola silang dari pinggir lapangan atau melalui umpan satu-dua sentuhan. Sayangnya bukan melalui manuver serangan lewat sayap yang sering diperlihatkan Arjen dan Robin – strategi utama Oranje.

Ruudtje butuh seorang pelayan! Saya membayangkan duet Bergkamp-Ruudtje di Oranje. Sayangnya tak pernah kesampaian [dan mereka memang tidak pernah main bersama], tapi saya percaya duet itu akan ditakuti bek manapun di dunia. Bergkamp akan menjadi pasangan yang pas bagi Ruudtje [bahkan bagi pemain manapun juga!]. Di tim Oranje sekarang, belum ada yang bisa menjadi pelayan Ruudtje. Rafael van der Vaart, Wesley Sneijder, atau bahkan van Persie pantas mengisi posisi ini, tapi belum ada revolusi strategi yang dilakukan Marco untuk mematahkan pakem 4-3-3. Kalau Marco mulai berani mengembangkan strategi timnya – seperti pernah dilakukan Guus Hiddink yang menggunakan formasi 4-4-2 – dan merelakan egonya, bersiaplah melihat Ruudtje kembali mengenakan kaus Oranje!

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]