Wednesday, January 11, 2006

 

Jejakmu, Adinda

Malam semakin larut. Sudah sangat sepi. Mikrobus kosong melompong. Aku duduk di kursi paling pojok. Mengucilkan diri. Sendiri. Melamun. Memikirkan banyak hal. Memikirkan pekerjaan; memikirkan kehidupan; memikirkan malam; memikirkan langit; memikirkan kamu. Seberapa sering aku mengingat dirimu, seberapa pula aku tak berdaya melupakanmu. Kamu meninggalkan jejak-jejak kaki mungilmu dalam kenanganku. Betapapun itu.

Aku ada cerita buatmu. Berhati-hatilah terhadap semua keinginanmu. Rupanya itu benar. Jangan berani berharap sesuatu sebelum kau berani pula mempertanggung jawabkannya. Itu benar. Sewaktu kau masih berharap, kau menghiba-hiba untuknya. Namun sewaktu kau berhasil mendapatkan, kau menampiknya mentah-mentah. Ah, manusia tidak pernah beres otaknya.

Aku bicara tentang perubahan. Sebagian orang berusaha keras mengupayakan supaya perubahan terjadi. Mending bangun ketimbang tertidur pulas. Sebagian lain sudah teramat sangat nyaman dengan kondisi yang telah ada. Mendingan tidur daripada cari ribut. Aku mau sebuah perubahan dalam hidupku untuk tahun yang baru ini. Rupanya tidak perlu lama-lama menunggu, pilihan jalan akan perubahan terbentang di depanku. Di persimpangan ini pula, aku teringat pesan orang bijak tersebut, 'berhati-hatilah terhadap semua keinginanmu'.

Sekarang aku takut.

Namun, apapun yang terjadi, apapun yang akan terjadi, apabila itu menyangkut dirimu tidak pernah akan ada kompromi. Aku pernah bilang padamu. Sungguhan. Tentang kamu, dirimu, kenangan tentang dirimu, apapun yang pernah kukatakan dan kulakukan, semua yang pernah terjadi, banyak dan sedikit, dan terutama perasaanku kepadamu; tidak akan pernah kutukarkan dengan apapun yang ada di dunia ini. Apapun itu. Sampai hari ini, hanya ada kamu. Selalu kamu. Semua tentang dirimu sangat berharga buatku, Adinda.

Besok adalah hari ulang tahunmu. Aku mintakan kebahagiaan hidupmu dalam shalat malamku. Tidak lebih. Dan, hidup harus jalan terus, Adinda. Karena memang seperti itu peraturannya.

Mudah-mudahan aku dan kamu tidak akan pernah takut lagi.

Hujan riap-riap. Pelan, lalu menderas. Aku sudah sampai di rumah. Di dalam benakku yang menghampa, masih ada kamu. Terima kasih, Adinda.

Now I feel I'm growing older
And the songs that I have sung
Echo in the distance
Like the sound
Of a windmill going around
I guess I'll always be
A soldier of fortune

(Soldier of Fortune / Deep Purple)

Comments:
no comment ah... hehehe...
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]