Wednesday, December 28, 2005

 

Tutup Tahun, Harapan Baru (bagian 2)

2005. Apa yang sudah saya lakukan sepanjang 2005 ini? Hal yang dapat saya sebutkan di bagian kedua ini adalah soal pekerjaan baru. Paling tidak saya memulai pekerjaan di ranah disiplin ilmu yang saya ambil semasa kuliah, ilmu komunikasi. Jalurnya sebagai juru warta. Kelebihan yang saya rasakan dari profesi ini adalah betapa kemampuan dan kredibilitas seorang juru warta dapat menembus lapisan ‘birokrasi’ paling atas sekalipun. Tidak semua orang dapat bertemu dengan ‘orang penting’, sang pengambil keputusan. Kalimat tersebut bukan sekadar basa-basi. Masih membekas dalam ingatan saya begitu gugupnya berhadapan dengan seorang praktisi senior industri televisi nasional, sampai-sampai wawancara yang dilakukan hanya berlangsung 15 menit saja. Seusai wawancara, sungkan mengganggu waktu si narasumber lebih lama ditambah sikap canggung, tanpa ba-bi-bu saya permisi pulang.

Tahun 2005 menandai sebuah perjalanan saya untuk mengenal diri saya sendiri. Tidak pernah mudah. Ada semangat, ada pula kejenuhan. Ini sebuah perjalanan yang panjang. Sampai saat ini, perjalanannya belum mau berhenti. Saya rasa malah tidak akan pernah berhenti.

Maka itu, masih banyak yang harus dipelajari. Saya kira saya sudah cukup banyak tahu hal, ternyata belum. Saya kira saya sudah mengenal dan mampu mengendalikan diri, ternyata tidak dan sama saja seperti sebelumnya. Ada beberapa hal belum ada kemajuan signifikan dalam diri saya dan mungkin hanya sedikit langkah maju yang saya jejaki tahun ini. Intinya itu tadi, saya masih harus banyak belajar. Untunglah, sedikit banyak profesi juru warta ini membantu saya mengenali hal-hal yang masih bersembunyi di balik kehidupan yang pendek ini.

Tidak ada cita-cita yang terwujud untuk tahun ini. Malah yang ada saya semakin menumpuk ambisi di dalam gudang ekspektasi milik pribadi. Mudah-mudahan sampai saat saya berdiri sekarang, Yang Di Atas masih berkenan memberi petunjuk-Nya. Saya bukan orang yang sangat religius, tapi beberapa bulan belakangan saya selalu berdo’a, Ihdinash-shirath-al-mustaqiim. Maaf kalau di sini lafal latinnya keliru. Namun, maksud saya jelas. Semoga saya mendapat ridha-Nya.

Comments:
satu lagi seorang sarjana humas fikom unpad yang akhirnya jadi jurnalis. hehehe. selamat!

mungkin sekarang lu bisa ikut menyanyikan, "jurnalistik. jurnalistik. jurnalistik goes marching in!"

hehehe.
 
Alternatifnya ada empat Leh:

Pertama, setelah beberapa lama menjalani karir sebagai jurnalis, gw dapat kesempatan bergabung dengan sebuah konsultan humas atau humas korporasi sekalian untuk menguji sang pengalaman.

Kedua, jatuh cinta dengan dunia jurnalistik, gw terjun basah sekalian sebagai seorang insan media.

Ketiga, setelah menjadi jurnalis, menjadi dosen..... Kedengaran seperti Elvinaro Ardianto, kan? Tidaaaakkkkk......

Keempat, sederhana saja, bukan tiga alternatif di atas.

Hehehe...
 
Sebuah hikmah terkutip dari ucapan Imam Ali Ibn Abi Thalib R.A., kurang lebih begini katanya, "Seorang manusia takkan pernah bisa mengenal Tuhannya, jika ia tidak mengenal dirinya sendiri."

Mengenal diri sendiri memang tidak mudah, tapi bukankah Yang Di Atas selalu memberikan petunjuk-Nya, tanpa kita minta sekalipun?

Semoga terus mendapatkan kesadaran di tahun depan.
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]