Tuesday, December 27, 2005

 

Tutup Tahun, Harapan Baru (bagian 1)

Resolusi. Ajaib, sepenggal kata ini semakin populer dibicarakan mendekati pergantian tahun seperti sekarang ini. Banyak orang yang sudah mempersiapkan resolusi masing-masing. Mereka yang bersimpati, sibuk mengingatkan untuk tidak sampai lupa menyiapkan resolusi ke orang-orang di kiri kanan mereka. Resolusi yang dimaksud tentu saja resolusi untuk tahun yang baru nanti. Sebagai gambaran sederhana, 32 orang pelatih dari berbagai penjuru dunia pasti sedang sibuk menghargai ekspektasi masing-masing, hendak mencapai prestasi sampai mana di Piala Dunia di Jerman pertengahan tahun 2006 nanti.

Resolusi. Seorang teman memperkenalkan kata ini kepada saya pada malam Selasa terakhir di tahun 2005. Teman yang dimaksud butuh waktu beberapa lama untuk mengungkap kata yang dimaksud. Ah, padahal bagi saya ‘resolusi’ tak ubahnya seperti harapan ditambah proyeksi untuk menyambut tahun depan. Lantas, seberapa penting saya harus mempersiapkan sebuah resolusi untuk 2006?

Kalau boleh bercerita, saya ingin berangkat dari cerita tentang berharap. Berharap bisa kapan saja. Tidak mesti tunggu tutup tahun untuk mulai berharap. Banyak hal-hal kecil yang dapat memulai harapan kita. Bagi saya pribadi, ini sebuah keindahan tersendiri dalam kehidupan yang maha-mikrokosmik ini. Tahun ini, saya dapat memulai sebuah harapan dengan sederhana. Saking tiba-tibanya, dapat mengubah semua yang sudah saya siapkan sebelumnya. Siapa yang tahu? Siapa pula yang bisa menolak kalau Yang Di Atas sudah berkehendak. Begitulah… Sampai di ujung tahun, saya merasa perlu untuk berhenti di sebuh titik. Kalau saya melihat ke belakang, perjalanan ini rupanya lumayan panjang dan memakan waktu. Kalau saya melihat di titik tempat saya berdiri saat ini, saya dapat merasakan betapa harapan, dan perasaan, mampu membawa saya begitu jauh. Dan, saya bahagia…

Artinya, resolusi atau berharap tidak mesti dimulai dari tutup tahun. Setiap hari dan setiap waktu toh kita dapat memulai sebuah perjalanan baru, sepanjang niat berkalang badan.

***

Akan ada suatu hari ketika aku dapat melupakanmu, Adinda. Sampai hari itu tiba, aku akan tetap mengingat dirimu.

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]