Wednesday, October 26, 2005

 

Review 'Crash': Membentur Stereotipe

Film menakjubkan ini dibuka dengan kalimat yang mengesankan. "Di kota sebesar Los Angeles, orang-orang sudah tidak pernah lagi bersentuhan. Mereka bahkan sengaja membenturkan tubuh kepada orang lain hanya untuk merasakan sentuhan."

Tema film ini adalah benturan (crash). Tema ini klise. Berapa banyak film yang pernah menceritakan tentang pluralisme masyarakat? Namun dengan fokus pada masalah rasialisme, film ini dibungkus dengan sajian yang enak dinikmati. Menonton film ini, saya ingat apa yang pernah disampaikan Pram dalam Bumi Manusia, bahwa manusia tidak bisa hidup lepas dari prasangka. Hal yang paling mudah dilakukan seseorang dalam hidup bermasyarakat adalah berprasangka. Harus diakui, kita pasti memiliki prasangka terhadap kelompok etnis (konteks Indonesia: suku bangsa) tertentu.

Stereotipe ini tak terhindarkan, bahkan di negara semaju Amerika sekalipun. Malah yang ada, stereotipe selalu dilahirkan dan diwariskan dari waktu ke waktu. Misalnya, kelompok ras Afro-American dan Latin-American yang memiliki stereotipe miring, berandalan biangnya kriminal. Sekali lagi, meminjam pendapat Pram, manusia tidak boleh hidup tanpa prasangka.

Alur cerita Crush dibuat melingkar. Satu sama lain karakternya dibuat saling bersentuhan dan bersinggungan, konsisten pada judul. Setengah bagian pertama film, penonton dijejali dengan pengenalan beberapa karakter dalam film. Pasangan Brendan Fraser yang pengacara wilayah dan Sandra Bullock sang istrinya yang 'alergi' dengan orang Afro-American dan Latin. Pasangan Terence Howard yang seorang produser televisi dan istrinya yang berpendidikan Thandie Newton. Pasangan polisi senior Matt Dillon dan Ryan Philippe. Pasangan detektif Don Cheadle dan Jennifer Esposito. Pasangan kriminal yang Afro-American. Bapak anak keturunan Persia. Serta seorang Latin yang sangat mencintai anak perempuannya.

Setengah film terakhir menceritakan perubahan pandangan yang dialami masing-masing karakter. Contohnya, bagaimana mendendamnya Newton pada pelecehan Dillon ketika melakukan penggeledahan serampangan di pinggir jalan. Ironisnya, Dillon pula yang menyelamatkan Newton saat mengalami kecelakaan mobil di hari berikutnya. Perhatikan juga bagaimana pandangan positif polisi muda Philippe tentang kelompok minoritas yang berubah drastis di akhir cerita.

Akhir cerita Crush mengisahkan sebuah perubahan pandangan dari masing-masing karakter. Mereka yang buruk menyadari kelakuannya, dan menjadi berbaik hati. Sebaliknya mereka yang semula berpikiran positif, ternyata harus syok karena rupanya dunia tidak bisa dipandang demikian. Pada akhirnya, hidup jalan terus. Mereka berubah, tapi toh prasangka tetap saja akan hidup. Hidup takkan lagi pernah sama esok hari.

Ponten 8 dari skala 10 untuk Crush! Ini film drama terbaik yang pernah saya tonton sepanjang tahun ini. Highly recommended!

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]