Saturday, October 01, 2005

 

Jum'at Terakhir

Jum’at terakhir sebelum Ramadhan. Waktu bergerak melambat. Mobil-mobil yang setiap pagi melaju tergesa-gesa, sekarang bergerak dalam gerakan lambat yang dramatis. Mendung tidak kira-kira, siap menampung air mata manusia yang sedia tertumpah sebab harga minyak akan naik malam nanti. Di mimbar Jum’at, khatib masih optimis seperti biasa. Memompa angin supaya api jamaah tetap menyala-nyala. Bahagia menjelang Ramadhan, katanya. Setan dibelenggu api neraka selama Ramadhan, sahutnya. Do’a orang berpuasa didengar Tuhan, ujarnya. Puasa sebenar-benarnya dan surga menjadi janji. Bapak di ujung saf menggerutu dalam hati, kalau barang tak terbeli, masakan puasa setiap hari?

Apapun, Ramadhan menjelang dan puasa mendekat. Kesempatan dibuka untuk menghapus dosa-dosa masa silam. Saat pintu mesjid dibuka untuk tarawih pertama, masuklah semua kepasrahan dan buang ke luar saja semua BBM dan flu burung itu. Biar risalah duniawi rehat urun minum barang sebulan saja.

Besok, jutaan rakyat kecil akan memilih tidak bangun dari tidurnya. Buaian mimpi di ranjang lebih indah daripada hidup sama sekali. Manusia boleh protes kepada Tuhan karena bosan hidup seperti ini, tapi Tuhan tidak akan pernah bosan memberi manusia ujian. Apa yang bagi manusia tidak pasti, bagi Tuhan adalah kepastian belaka.

*

Bukan maksudku mengeluh, Adinda. Selamat berpuasa. Semoga kebahagiaanmu dikabulkan oleh-Nya.

Comments:
mudah2an di bulan puasa kali ini makin lengkap buat elo, we
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]