Saturday, August 13, 2005

 

Kisah Dari Bus Ekonomi (1)

Setelah dua orang pengamen dan seorang pengemis, penjual itu unjuk ke muka penumpang. Dari dalam bungkusan besar karung plastik yang dibawanya, ia mengeluarkan benda seperti kaki meja yang bulat lonjong. Benda itu terbuat dari plastik, bagian tengahnya lebih tebal dari ujungnya. Kedua ujungnya mengecil, salah satu ujung menumpul dan satu sisi lainnya ditempeli keping bundar seperti koin terbuat dari logam murahan.

Tak menahan rasa penasaran penumpang lebih lama lagi, penjual itu mulai berkoar.
"Bapak, Ibu, dan Saudara, dulu kalau Anda masuk angin dikerok dengan uang koin logam. Akibatnya sering kulit menjadi lecet akibat pinggiran koin yang bergerigi. Untuk itu di sini saya tawarkan alat yang membantu kerokan Anda, lebih mudah dan lebih praktis. Lihat saja, bundaran logam ini pinggirannya halus, jadi tidak akan membuat lecet kulit Anda. Pemakaiannya tinggal digosok saja ke punggung Anda. Selain itu, kegunaan lain alat ini seperti Anda lihat di ujung yang lain. Ujung yang tumpul ini bisa Anda gunakan sebagai alat refleksi selintas saat dalam perjalanan, misalnya. Tekan saja ujung tumpul ini di titik-titik refleksi tubuh Anda. Nah, sebagai kompensasinya, barang yang khusus di-IMPOR ini cukup Anda tukarkan seharga lima ribu rupiah saja. Mari, siapa yang mau? Bapak di belakang, mungkin?"

Aku terpaksa menahan geli di dalam hati.

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]