Saturday, May 21, 2005

 

Senja Pengemis Pincang

Di antara kepungan tubuh mobil yang berebut masuk jalan tol. Pengemis pincang itu berdiri teguh berserah pada penopang yang dikepit di ketiak kiri dan kanannya. Satu persatu mobil yang lewat dihampiri dengan tangan tengadah. Mengais iba dari pengemudi. Barang seribu dua, sudah lumayan untuk mengisi perut. Tidak banyak yang menghiraukan Pengemis. Namun ada yang menggali dompetnya untuk memberi secukupnya bagi Pengemis. Saat sedekah berpindah tangan, Pengemis mengacungkan tangannya persis di depan dahinya. Lantas tangan yang sama mengelus badan mobil pemberi sedekah yang segera berlalu. Sebuah tanda terima kasih.

Senja semakin rapat. Malam sudah dekat. Bila benar-benar langit sudah menelan sang surya, usai pula pertualangan Pengemis Pincang. Susah payah ia menyeberangi badan jalan. Sukses. Sebentar Pengemis Pincang menghitung pendapatan sedekahnya sebelum dari kejauhan perlahan-lahan sebuah mobil pick-up menghampiri. Mobil pick-up itu yang tadi pagi menurunkannya di pintu tol itu datang kembali untuk menjemputnya pulang. Di bak terbuka itu sudah duduk rekan-rekan senasibnya. Ada kakek buta, nenek-nenek, ibu setengah baya yang menggendong bayi kumal, dan bahkan anak-anak. Sekumpulan pengemis yang memenuhi bak terbuka sebuah mobil. Pemandangan yang menakjubkan. Pengemis Pincang menyerahkan hasil pendapatan ke orang yang duduk di sebelah supir. Lalu kembali berpayah-payah memanjat badan mobil untuk sekadar tertampung dan tercampur dalam kumpulannya.

Hari ini usai bagi Pengemis Pincang. Sambil menarik nafas lega dan memejamkan mata, benaknya terbuai lamunan. Besok adalah perjalanan yang baru.

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]