Tuesday, May 31, 2005

 

Menunggu: Seni yang Terlupakan

Apakah sebuah pekerjaan yang tidak pernah disadari manusia, tapi dia nyata hadir setiap saat yang senantiasa ingin dihindari namun tak pelak tak terhindarkan? Pekerjaan itu adalah menunggu.

Banyak yang mengatakan menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan sedunia akhirat. Padahal menunggu rupanya tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan menunggu adalah pekerjaan yang paling sering dilakukan manusia. Boleh percaya atau tidak!

Pernahkah kita tidak pernah menunggu dalam satu hari saja? Menunggu barang sedetik pun ya namanya tetap saja menunggu. Nah, dari sebuah aktivitas menunggu ternyata saya mendapati makna filosofis di belakangnya.

Menunggu itu ternyata sengaja dicipatkan Yang Mahakuasa untuk menunjukkan kalau kehidupan itu adalah proses. Kehidupan tidak bisa ditempuh dengan cara instan. Apa proses yang harus dilalui? Ya itu tadi, menunggu. Ibarat kata, saya dari rumah mau berangkat ke Bandung. Dari rumah saya ke pinggir jalan untuk menunggu angkot ke terminal Bekasi. Di pinggir jalan, kita menunggu beberapa saat sampai ada angkot yang lewat. Sampai di terminal, kita naik bus jurusan Leuwipanjang. Ternyata Primajasa AC-nya belum penuh, terpaksa saya menunggu sampai semua penumpang naik. Setelah itu ke Bandung pun, kita harus sabar menunggu bus melewati tol Cikampek, Purwakarta, sampai keluar tol Padaleunyi (syukur-syukur lewat Cipularang). Sampai di terminal Leuwipanjang, untuk mau ke Dago atau Jatinangor sekalian, saya harus naik bus lagi. Dari sini siklusnya berputar lagi dan tetap harus ada proses menunggu di dalamnya. Wuiiiihhhhhhhhh!!!!!

Kebayang kan betapa bosannya cerita di atas? Makanya tidak pernah ada yang suka menunggu. Padahal ada makna filosofis lagi di balik pekerjaan menunggu. Percaya atau tidak, orang menunggu karena dia punya harapan. Artinya betapapun bagaimana, harapan akan selalu ada. Orang sabar disayang Tuhan, itu benar. Kalau kita sabar menunggu pasti ada buah yang selalu bisa dipetik. Saya sabar menunggu sampai bisnya penuh sekira 30 menitan, toh pada akhirnya busnya berangkat juga. Waktu adalah sebuah keniscayaan, karena pada akhirnya dia pasti akan beranjak. Apabila, hasilnya tidak sebanding seperti saya pernah menunggu interview kerja sampai 4 jam lamanya dan tidak berbuah positif, itu ambil enaknya aja (meminjam slogan iklan)... Hehehehe...

Untuk menutup renungan asal-asalan ini, marilah kita simak lirik lagu 'Menunggumu' yang diciptakan Peter Pan untuk dinyanyikan bersama Chrisye, yang sempat 'mengganggu' pendengaran saya baru-baru ini:
" Bila rindu ini / masih milikmu / Kuhadirkan sebuah / tanya untukmu / Harus berapa lama / aku menunggumu / Aku menunggumu "

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]