Friday, May 03, 2024
MENGEVALUASI xG dan xGA INDONESIA SELAMA PIALA ASIA U23 2024
Indonesia akhirnya harus puas menjadi peringkat empat Piala Asia U23 2024 setelah berhasil menembus semi-final pada penampilan debutnya.
Secara keseluruhan, bagaimana penampilan tim Garuda? Apakah overachieving? Atau malah underachieving?
DISCLAIMER: Sebelum memulai pembahasan ini, saya ingin menyatakan bahwa analisis ini sengaja mengabaikan sejumlah keputusan kontroversial wasit pada pertandingan yang dijalani Indonesia. Supaya pembahasannya tetap obyektif dari sudut pandang statistik. Terutama dengan fokus melihat angka xG (expected goals) dan xGA (expected goals against).*
Total, Indonesia tampil 6 kali pada turnamen ini. Hasilnya, dua kali menang, sekali imbang, dan tiga kali kalah. Hasil melawan Korea Selatan di perempat-final dihitung imbang karena diselesaikan melalui adu penalti.
Ini perbandingan skor dan xG/xGA Indonesia:
Fase grup
vs Qatar 0-2 | 1,16 vs 1,29 (menderita 1 penalti)
vs Australia 1-0 | 0,97 vs 1,81 (menderita 1 penalti)
vs Yordania 4-1 | 1,79 vs 1,03 (mendapat 1 penalti, menderita 1 own goal)
Total: 5-3 | 3,92 vs 4,13
Indonesia overachieving: Mencetak gol lebih banyak dan kebobolan lebih sedikit. Ada "kemujuran" setelah penalti Australia gagal berbuah gol.
Secara kualitatif penting menyinggung bahwa pertahanan Indonesia dirugikan dengan kesalahan pertahanan yang menyebabkan dua penalti serta satu gol bunuh diri yang bersarang di gawang mereka.
Fase gugur
vs Korea Selatan 2-2 | 2,08 vs 1,11 (menderita 1 own goal)
vs Uzbekistan 0-2 | 0,57 vs 2,39 (menderita 1 own goal)
vs Irak 1-2 | 1,92 vs 2,27
Total: 3-6 | 4,57 vs 5,77
Indonesia underachieving: Harusnya mencetak dua gol lebih banyak. Serta malah kebobolan dua gol bunuh diri. Kadar ketidakmujuran terlalu tinggi di fase menentukan ini.
Ini seperti membuktikan wajah Indonesia sesungguhnya dengan jumlah xG/xGA yang mendekati jumlah gol/kebobolan aktual. Shin Taeyong barangkali meratapi kegagalan mengonversi dua gol yang dapat mewujudkan mimpi Indonesia berlaga di Olimpiade Paris 2024.
Berkaca dari jumlah xG dan xGA, pertandingan melawan Korea Selatan adalah performa terbaik Indonesia dalam turnamen, sedangkan laga versus Uzbekistan adalah yang terburuk.
Pernyataan penutup
Dari analisis singkat ini, ada dua catatan. Pertama, Shin Taeyong setidaknya bisa meningkatkan performa Indonesia di level paling minimal guna lolos dari fase grup. Indonesia sanggup mengimbangi tim yang secara tradisional punya kekuatan dengan level di atas mereka.
Namun, catatan kedua menanti. Tugas Shin Taeyong berikutnya adalah menaikkan level Indonesia untuk meraih kemenangan saat kemenangan itu diperlukan. Win when it matters.
*Di kalangan penggila statistik sepakbola, xG dan xGA digunakan sebagai parameter paling mendekati untuk menilai kualitas konversi peluang sebuah tim — atau sebaliknya, kualitas pertahanan mereka. Dalam sudut pandang lain, membandingkan xG dan xGA dengan jumlah gol dan kebobolan aktual dapat dijadikan parameter level kemujuran sebuah tim.
Labels: Piala Asia U-23, PSSI, Shin Taeyong, Timnas Indonesia
Subscribe to Posts [Atom]