Wednesday, December 12, 2007

 

Lelah

Dia merasa lelah.

Tanpa minta izin atasannya, dia mengendap-endap membereskan meja, mematikan komputer, dan keluar kantor. Dia pergi ke mal. Terkadang ketika kamu terasing di tengah kerumunan orang, kamu bisa merasakan kedamaian. Saat ini, rutinitas keintiman membuatnya jenuh. Dia ingin tidak dikenali. Dia ingin berada dalam sebuah galaksi mikrokosmos yang mahasepi yang tidak mengharuskannya mengenal lingkungannya sama sekali. Dia ingin apatis. Termasuk terhadap dirinya sendiri. Dia merasa benci berada dalam penjara daging dan tubuh seperti dirinya. Dia ingin melakukan hal-hal yang tak bisa dilakukannya; dia selalu berhenti setiap mencoba sesuatu yang baru karena sadar dengan melakukannya dia justru tidak menjadi dirinya sendiri. Maka, dia pergi ke mal - satu-satunya tempat di kota besar yang bisa menyerupai samudera keterasingan bagi seorang pertapa yang mencari tempat bermeditasi. Berada dalam keramaian - dan terasing di dalamnya - adalah sebuah kebahagiaan baginya.

Dan, ternyata saat ini keramaian tidak banyak membantu. Atmosfir kota membuatnya muak, semuanya tampak artifisial. Dalam tahap tertentu, kamu merasa kamu harus membeli kebahagiaan dengan uang. Kamu harus membayar sebuah perenungan dalam bentuk secangkir kopi di kafe kesukaanmu - dan itu harus dibeli. Kota tempatnya tinggal tidak memberikan banyak ruang untuk duduk dengan bebas selama dan sesering disuka. Kota tempatnya tinggal teramat sangat tamak - membebankan seribu satu macam harga untuk sebuah kebebasan. Dan, saat ini dia muak dengan ketulusan kota ini.

Lampu-lampu merkuri. Orang-orang lalu lalang. Suara-suara penjual menawarkan dagangannya. Suara-suara bus. Asap tebal dari knalpot. Dia menyukai semuanya. Tidak ada interaksi personal yang membuatnya harus merasa peduli dengan semua ini. Ini terminal - orang-orang datang dan pergi. Tak perlu ambil peduli. Dia menyukainya.

Spontanitas muncul dalam pikirannya. Dia tidak ingin pulang malam ini. Dia pergi ke terminal bus antarkota. Akan dilihatnya di sana tempat tujuan yang paling menarik perhatiannya dan ke sanalah dia akan pergi. Dan, dia melakukannya. Dia belum tahu kapan akan kembali. Mungkin tidak...

Wednesday, December 05, 2007

 

Lari ke Bandung

Dia selalu merasa Bandung dapat mengembalikan semangatnya setiap kali kepayahan menantang hidup di ibukota. Dia selalu ingin merasakan gerimis Bandung menjelang senja yang dianggapnya bisa mengembalikan semua memori indah waktu singgah kuliah beberapa tahun silam di kota kembang itu. Dia selalu percaya Bandung memiliki magis tertentu untuk membuat orang percaya.

Akhir minggu lalu, dia sengaja mengunjungi Bandung. Ternyata pikirannya benar-benar sedang galau. Semangkuk penuh kuah dituangnya ke dalam menu makan siangnya. Yamin pesanannya pun sekejap menjadi mie baso biasa. Dia sadar ternyata dia tidak menikmati pelariannya ke Bandung, pikirannya dipenuhi orang lain. Satu panggilan seluler pun mujarab mengosongkan pikirannya. Pelarian itu gagal. Di luar, gerimis turun dan tak terlalu lama menjadi lebat...

Monday, December 03, 2007

 

Grup Neraka

Empat hasil drawing terakhir Belanda di turnamen sepakbola besar:

Euro 2000 [Belanda-Belgia]
Belanda
Perancis
Ceko
Denmark
Hasil: Lolos hingga semifinal

Euro 2004 [Portugal]
Ceko
Belanda
Jerman
Latvia
Hasil: Lolos hingga semifinal

Piala Dunia 2006 [Jerman]
Argentina
Belanda
Pantai Gading
Serbia-Montenegro
Hasil: Lolos hingga perdelapan final

Dan...
Euro 2008 [Swiss-Austria]
Belanda
Italia
Rumania
Perancis
...

Semoga Marco van Basten tahu apa yang akan dia lakukan...

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]