Tuesday, June 26, 2007

 

Subuh Membawaku Kembali

Subuh membawaku kembali pada kenangan lama - mimpi.

Pernah ada seorang gadis yang memiliki harapan naif, ingin menjadikan dunianya persis seperti gambarannya sendiri. Dia mati. Peluru Sang Kapten menyadarkannya bahwa tidak ada yang lebih nyata selain mimpi yang mati. Semuanya terlambat. Darah mengucur deras dan denyut jantungnya melemah. Penduduk memandangnya penuh iba, seorang anak menjadi korban kekejaman tentara fasis. "Tidak ada kisah dongeng di kehidupan nyata, Ophelia," sesal pengasuhnya.

Tidak perlu iba. Di matanya, dia kembali pada keinginannya: kerajaan ayahnya. Darahnya sudah membebaskan seisi negeri dari kutukan panjang. Ophelia kini hidup bahagia dan tenteram tanpa pernah diganggu segala macam kesedihan lagi. Dia bahkan bisa bilang, "Kisah dongeng itu nyata." Seperti halnya bocah gembala Santiago, Ophelia percaya pada mimpinya. Itu yang membuatnya tetap hidup.

Subuh membawaku kembali pada sebuah mimpi - aku ingin menjadi Ophelia.

Sunday, June 24, 2007

 

Tinggal

Tubuhnya berlepotan cat. Tapi dia tidak peduli. Minggu depan adalah harga mati kepindahan keluarganya ke rumah baru ini. Inilah hasil perjuangannya bertahun-tahun membanting tulang ke sana ke mari, berpindah-pindah pekerjaan, malam-malam kegelisahan yang panjang, berganti-ganti pengharapan, memperoleh kekecewaan dan kebahagiaan... Dia tahu, bila waktunya tiba, dia harus membangun sesuatu. Dan, dia memilih untuk berkeluarga. Bila waktunya tiba, dia sadar dia memerlukan ketenangan. Dan, dia memilih untuk memiliki rumah.

Bau cat semerbak di rumah ini. Renovasi dilakukan untuk mengubah wajah rumah sesuai keinginan dan kebutuhan. Kamar tidur yang sedang dikerjakannya saat ini diwarnai cat merah muda, sesuai permintaan sang anak tercinta. Plafon sudah dibenahi. Instalasi listrik sudah rapi. Dapur sudah siap lengkap dengan ventilasi udara sebagai jalan keluar aroma masakan istri tersayang nantinya. Jet pump baru sudah dibeli dan siap terpasang. Ruang tamu masih melompong, begitupun teras depan. Istrinya sudah punya rencana untuk mengatur letak perabotan di ruang kosong itu. Istrinya juga sudah rajin membeli tabloid perawatan griya untuk memilih-milih mulai dari aksesori sampai ke jenis tanaman yang akan mewarnai rumah sederhana ini.

Pukul setengah lima sore. Matahari senja mulai menyingsing. Dia harus berbenah. Belum ada lampu penerangan di rumah barunya ini. Dia melihat dirinya sendiri. Berantakan sekali. Pakaian kerjanya berlumuran warna-warni di semua sisi. Warna-warni yang mengisi hidupnya. Di matanya terbayang wajah anak dan istri dengan senyum yang mengembang. Dia pun tersenyum. Dia puas dengan renovasi ini. Masih perlu sentuhan akhir di sana sini, tapi sampai sejauh ini dia sudah puas membayangkan bisa memulai mewujudkan mimpinya dari tempat ini. Ponselnya berbunyi. Dari sang istri. Dia mengabarkan akan tiba di kontrakan selepas Maghrib. Dia juga bilang dia menyayangi istrinya dan bahagia saat ini mereka sudah memiliki rumah untuk ditinggali. Istrinya cuma terdiam dan berpesan supaya berhati-hati di jalan. Dia tahu dari nada suara itu, istrinya tidak sabar menunggu barang sepekan lagi untuk mendiami rumah ini.

Dia membasuh mukanya dengan air bersih. Rasa letih mendera, tapi semuanya setimpal. Dia sudah memiliki rumah! Bahkan seorang lelaki pun akan pulang setelah pergi jauh**. Dan, dia tahu dia takkan pergi ke mana-mana lagi.

/**Paulo Coelho, Sang Alkemis

Monday, June 18, 2007

 

Me and The Wiseman

ME
Feel my life without priority currently. Losing direction…
7:24pm

THE WISEMAN
Than make one. As simple as that.
7:26pm

ME
See none. That’s the problem.
7:30pm

THE WISEMAN
U’ve seen a lot. U just hardly make up ur mind.
7:30 pm

ME
Need so much courage. Feel not possess enough power.
7:34pm

THE WISEMAN
A journey, no matter how hard n far, will always need a first step. After that, only the strongest will can deliver u to the end of it.
7:37pm

ME
Thx. I knw u always have an answer.
7:42pm

THE WISEMAN
What doesn’t kill u, only makes u stronger. Have a wonderful journey.
7:53pm

Sunday, June 17, 2007

 

Hati-Hati!

Saya terlalu naif. Selama ini saya selalu menganggap forum seperti blog pribadi ini bisa menjadi media mengungkapkan semua yang sulit saya terjemahkan secara verbal. Selama ini pula anggapan saya benar, karena tidak ada orang lain yang terganggu dengan apa yang pernah saya tulis. Tapi, semuanya berubah. Posting terakhir saya memantik sebuah masalah. Memang tidak langsung mengganggu saya secara pribadi, tapi ternyata sangat mengganggu orang yang saya tulis. Ugh.....

Pengalaman ini membuktikan tidak semua orang bisa menghargai ekspresi pribadi dan dengan sembrono menggabungkannya ke dalam ruang publik dengan teramat sangat virtual! Saya ingin orang-orang menghargai ruang pribadi saya dan apapun yang pernah saya tulis di sini, seperti yang saya coba lakukan kepada orang lain. Selanjutnya, saya harus mampu menjaga hati sebelum mengisi blog ini.

Penyesalan dan kata maaf saja tidaklah cukup... Tapi saya ingin memohon maaf sepenuh hati kepadanya...

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]