Saturday, May 26, 2007

 

Janji

Pada sebuah Rabu sore.

Dia duduk di kursi belakang mobil, menatap ke luar jendela, langit sedang mendung dan hujan mulai rintik-rintik. Radio memutar Kissing You dari Des'ree. Lagu soundtrack yang lirih nan syahdu dari film Baz Luhrmann, Romeo+Juliet. Film kesukaannya. Dia ingat pasti lagu ini dimainkan tepat ketika Juliet turun dari tangga pada pesta topeng di rumahnya dan bertemu Romeo. Dibatasi akuarium, mereka saling mencuri pandang. Mereka jatuh cinta.

Saya menoleh ke belakang, dia asyik dengan dunianya. Bibirnya ikut menyanyikan lirik lagu itu. Ada suatu ketika di mana seorang perempuan memilih untuk larut dalam dunianya sendiri tanpa ingin diganggu orang lain. Dan, saya bisa menangkap kesan itu di matanya. Saya memutar badan kembali ke depan, tak ingin mengusiknya. Tak ada pula yang ingin menyakitinya, begitupun saya... Janji.

Wednesday, May 09, 2007

 

What If...

Kemarin lusa, seorang teman mengajukan pertanyaan mendadak.
"Kalau tidak menjadi penulis, elo pengen jadi apa?"
Saya diam sejurus. Tidak sedia mendapat kejutan ini.
"Sebenarnya saat ini pun cita-cita gue jadi penulis masih belum kesampaian. Gue masih berada di jalurnya," jawab saya.
Teman saya itu belum puas. "Belum menjawab pertanyaannya, deh..."
Saya berpikir keras dan merasa benar-benar tidak bisa menjawabnya.
"Tahu nggak, gue selalu bertanya ini ke anak-anak sekolah sepak bola untuk majalah, 'kalau tidak menjadi pesepakbola ingin jadi apa,'" elak saya.
"Semua yang saya tanya tidak tahu jawabannya," sambung saya, "sama kayak gue sekarang ini."
Teman saya itu tetap belum puas. Saya bisa melihat dari air mukanya. Saya merasa terdesak.
"Next question, please..." pungkas saya.

Ah, seandainya ada kekuatan untuk mengubah keadaan sesuai keinginan kita sendiri...

Friday, May 04, 2007

 

Air Mata Sang Jagoan

Pesan peresensi adalah, pertama, jangan terlalu percaya diri menonton film ini. Minimal kamu sudah membekali diri dengan menonton dua logi pertama filmnya. Atau teman menontonmu seorang Spidey-mania yang tak pernah ketinggalan kisah sang jagoan dalam segala bentuk: komik, memorabilia, serial kartun, dan sebagainya. Kalau sudah begitu, tidak masalah lagi.

Kedua, jika kamu berharap akan disajikan film superhero sejuta aksi, siap-siap merasa keki dalam bioskop. Seperti dua logi awalnya, Spiderman 3 kembali menceritakan hal-hal manusiawi lebih dari sekadar kisah superioritas kebaikan atas kejahatan. Dalam logi sebelumnya, Peter Parker harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tak lagi hanya manusia biasa melainkan juga superhero bernama Spiderman. Dalam logi lanjutannya, sutradara Sam Raimi mencoba menyembuhkan Peter dengan memberikan pengampunan atas semua dendam kesumatnya.

Alkisah, Spiderman kewalahan. Masalahnya sangat sangat manusiawi. Mulai dari lingkungan terdekatnya; sang sahabat Harry Osborne berupaya membalas dendam kematian ayahnya. Dia menapak tilasi jejak sang ayah, menyediakan diri sebagai bahan eksperimen senjata rahasia militer yang gagal dan berubah menjadi Hobgoblin. Pada saat yang sama, sang kekasih Mary Jane merasa terabaikan. Spidey terlalu sibuk dengan dirinya sendiri dan parahnya lagi ada orang ketiga bernama Gwen Stacy, gadis cerdas rekan sekelas Peter yang juga seorang model. Ancaman juga muncul dari buronan bernama Flint Marko alias Sandman yang terkait erat dengan pembunuhan paman Ben. Di Daily Bugle, fotografer saingan Eddie Brock Jr. siap berebut pekerjaan tetap dengannya. Terakhir, jangan lupakan godaan mematikan symbiote angkasa luar - Venom - yang sukses merasuki Spidey. Sudah terdengar seperti opera sabun tentang superhero?

Opera sabun atau bukan, Spiderman 3 sanggup mempertahankan konsistensi cerita. Ragam konflik tersebut dirangkum dalam film berdurasi dua setengah jam. Itu sudah mampu memadatkan cerita adaptasi superhero rekaan Marvel ini. Saking padatnya, bagi penonton awam alur cerita terasa mengalir begitu cepat dan membingungkan. Namun, secara keseluruhan, Spiderman 3 mampu mengakomodasi kebutuhan tensi yang diperlukan semua kalangan penonton - fanatik ataupun awam.

Kamu juga jangan khawatir cepat berpisah dengan manusia laba-laba. Raimi sudah berancang-ancang untuk logi berikutnya. Villain berikut akan menjadi jatah Dr.Lizard dan siapa tahu karakter Gwen Stacy yang numpang lewat di sini akan makin berkembang pula. Kehadiran Bryce Dallas Howard bukan sekadar pemanis kan? Apabila hasil box office memuaskan - ditunjang rekor kesuksesan dua seri awal - Spiderman 4 akan menjadi kenyataan.

Dalam film, dipengaruhi dendam kesumatnya akan kematian paman Ben, Peter datang mengadu pada Bibi May. Pelaku sebenarnya sudah "dibereskan" Spiderman, begitu akunya. Reaksi Bibi May di luar dugaan. Sebelum merasa pantas menghukum seseorang, "kamu harus memaafkan dirimu sendiri". Peter pun goyah. Kesadarannya bangkit kembali dan sudah saatnya pengaruh jahat Venom harus ditanggalkan. Dia tiba pada sebuah menara gereja. Niatnya bulat. Dendam harus dihapuskan. Berkat bantuan bunyi lonceng, Venom pun berhasil dilepaskan. Malangnya, dia jatuh kepada pengusung dendam yang lain, Brock Jr.

Pengampunan makin paripurna. Fajar tengah menyingsing, dan di hadapan sang jagoan, Sandman membuat pengakuan dosa. Dia menjelaskan kejadian yang mengakibatkan kematian paman Ben. "Aku tak sedang meminta maaf, tapi aku ingin dimengerti," terangnya. Air mata Spiderman pun mengalir... Air mata seorang Peter Parker...

*Review film Spiderman 3 [Sony Columbia Pictures, 2007]
**Image courtesy of www.sonypictures.com

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]