Sunday, May 28, 2006

 

Pada Sebuah Kutipan (7)

All memories traced by tears.

*Dalam film "2046" (2004) karya Wong Kar-wai.

Thursday, May 18, 2006

 

Lost In Space

Sometimes I get tired of this me-first attitude
You are the one thing that keeps me smiling
That's why I'm always wishing hard for you

'Cause your light shines so bright
I don't feel no solitude
You are my first star at night
I'd be lost in space without you

And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do

Feels just so fine
When we touch the sky me and you
This is my idea of heaven
Why can't it always be so good?

But it's all right, I know you're out there
Doing what you've gotta do
You are my soul satellite
I'd be lost in space without you

And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do

And I'll never lose my faith in you
How will I ever get to heaven, if I do

And I'll never lose my faith in you
And I'll never lose my faith in you

*Lighthouse Family / 200?

Sunday, May 14, 2006

 

Omongan

Seminggu terakhir milis yang saya ikuti mengarah ramai kepada perbincangan tentang masa lalu dan orang-orang yang berkaitan dengannya. Bicara soal masa lalu tidak akan ada putus-putusnya. Masalahnya untuk sebuah sudut pandang lain, arah pembicaraan akan dapat dianggap mengungkit masalah lama. Apalagi hal yang diomongkan bisa saja menjadi hal yang ingin dihindari oleh satu pihak. Terus terang saya berada di posisi yang so and so di sini. Banci, memang (toh dengan menuliskannya lagi di sini menegaskan sikap kebanci-bancian saya). Saya menikmati masa lalu, karena saya ada di sana dan menjadi bagian yang tak terpisahkan darinya. Saya menikmati bercanda dengan teman-teman lama. Saya rindu dengan bahasan-bahasan yang tidak dimengerti setiap orang itu.

Tapi, semuanya berantakan saat saya menerima telepon di Sabtu pagi kemarin. Siapa yang menelepon? Orang yang kami bicarakan. Dia berhasil memahami apa yang sedang dibicarakan di milis tersebut. Apa yang bisa saya bilang? Hasilnya jawaban seorang banci, saya bilang saya tidak tahu harus bicara apa. Tapi, saya berusaha tetap bersikap positif. Saya dapat memahami perasaannya saat itu. Saya coba berikan rasionalisasi kalau omongan tersebut bukanlah ingin mengungkit masalah lama, tapi hanya sekadar nostalgia tanpa bentuk. Dia bisa menerima, tapi dia tidak habis pikir kenapa sampai sekarang orang-orang masih saja tidak berubah. Kesimpulannya, ternyata sampai saat ini orang-orang yang dianggapnya teman masih melakukan hal yang tidak dia sukai: melanggar privasi seorang manusia seperti dirinya. Okelah kalau itu dilontarkan di forum kopidarat, katanya, tapi tidak di milis. Orang yang tidak paham akan menjadi tahu dan tidak semua orang perlu tahu hal yang dibicarakan. Dia tidak suka diperlakukan seperti itu. Saya diam saja. Dia punya semua kebenaran di dunia dan akhirat untuk merasa terganggu.

Dan, saat ini saya akan menunggu solusi yang akan dilakukannya. Tapi untuk satu titik, saya rasa ada hal yang memang sudah semestinya berhenti.

Wednesday, May 03, 2006

 

Senyum

Hidup tersenyum sepintas kepadaku
walaupun tak sebanding senyummu, Adinda.
Lama tersimpan rapi dalam benak
menunggu disentuh dan diremaja
oleh sedetik kenyataan
bukan keinginan yang tak berujung

Hidup tersenyum dan dia pun berubah
namun ada hati yang akan tetap.
Sampai waktu mengalah
sampai ridha itu turun kepadaku
pelan-pelan dan diam-diam
tapi pasti kutemukan jalanmu, Adinda

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]